Taylor Swift Punya 3 'Pena' kala Menulis Lirik Lagu
Taylor Swift ungkap metode uniknya saat menulis lagu. Hal ini ia ungkapkan saat menerima penghargaan Songwriter-Artist of the Decade dari lembaga Nashville Songwriters Association International.
Saat menerima penghargaan di Auditorium Ryman di Nashville pada Selasa (20/9), Swift memberikan pidato 13 menit yang berisi pendekatannya terhadap menulis lagu selama merekam ulang enam album pertamanya.
"Saya di sini menerima penghargaan yang indah ini setelah satu dekade bekerja, dan saya tidak bisa mendeskripsikan betapa senang rasanya. Karena menurut saya, ini adalah penghargaan yang merayakan puncak kumpulan momen-momen," ujar Swift sambil memegang piala.
Pelantun All Too Well itu menjelaskan pola pikir khusus yang ia terapkan saat menulis lagu. Ia menempatkan lagu-lagunya menjadi tiga kategori genre berdasarkan cara menulisnya, yakni quill alias pena bulu, fountain pen alias pena tinta, dan glitter gel alias pena gel kelap-kelip.
Lirik-lirik lagu quill menggunakan rangkaian diksi dan frasa yang memberikan kesan 'kuno'. Sebab, Taylor Swift terinspirasi menulis lagu-lagu model itu setelah membaca buku-buku klasik atau menonton film berlatar zaman dahulu kala.
"[Saya] terinspirasi untuk menulisnya setelah membaca [buku] Charlotte Bronte atau setelah menonton film di mana semua orang mengenakan kemeja dan korset," kata Swift.
Salah satu lagu yang Swift sebut masuk kategori quill adalah Ivy dari albumnya bertajuk evermore yang rilis pada 2020.
Kemudian, ada lagu-lagu yang ia tulis dengan gaya fountain pen, yakni lagu-lagu yang memiliki alur cerita modern atau unsur-unsur yang berhubungan dengan zaman sekarang tetapi dikemas dengan bahasa puitis. Dalam menulis lagu seperti itu, Swift seringkali mengambil peribahasa yang cukup umum, tapi ia putar balik artinya.
Selain itu, lagu-lagu yang ditulis bagaikan surat berisi tuangan hati yang akhirnya tak jadi dikirim ke seseorang juga masuk ke dalam kategori fountain pen. Contoh lagu yang ia maksud adalah lagu populernya All Too Well yang kemudian ia rilis ulang menjadi All Too Well (10 minute version),
"[Saya] mencoba memberi gambaran jelas tentang suatu situasi, mulai dari cat yang mulai terkelupas di kusen pintu dan debu di rak vinil. [Dengan] menempatkan diri Anda dan siapa pun yang mendengarkan di ruangan tempat semua itu terjadi," jelas Swift.
Terakhir, lirik yang ditulis dengan gaya glitter gel pen yang memiliki nuansa ceria, asyik, riang dan cocok dengan irama upbeat. Lirik-lirik seperti itu, menurut Swift, 'tidak menganggap diri mereka terlalu serius jadi orang juga jangan beranggap mereka serius'.
"[Lirik-lirik itu] bagaikan seorang perempuan mabuk di pesta yang memberitahumu bahwa kamu terlihat seperti malaikat di kamar mandi," ungkap Swift.
Ia kemudian menyebut lagu hitsnya Shake It Off dari albumnya 1989 yang rilis 2014 sebagai contoh lirik glitter gel pen.
Sebelumnya, Taylor Swift mengunggah pengumuman resmi soal album Midnights. Unggahan di akun Instagram tersebut berupa kover album dan secarik prakata yang ia tulis soal album ke-10 itu.
"Midnights, cerita 13 malam tanpa tidur yang tersebar sepanjang hidupku, akan keluar 21 Oktober. Temui aku kala tengah malam," tulis Swift.
"Kita terbaring terjaga dalam cinta dan ketakutan, dalam kekacauan dan air mata. Kita menatap dinding dan minum hingga mereka kembali bicara," tulis Taylor Swift.
Taylor Swift bakal merilis album kesepuluhnya Midnights pada 21 Oktober mendatang.
(tdh/end)