Film biografi Marilyn Monroe bertajuk Blonde di Netflix gagal memenuhi ekspektasi penonton yang mendambakan penggambaran hidup sosok ikonis tersebut.
Menurut pantauan CNNIndonesia.com, Sabtu (1/10) di laman agregator Rotten Tomatoes, Blonde hanya mendapatkan skor 43 persen tomatometer.
Sejak tayang secara luas di Netflix pada 28 September, mayoritas catatan kritikus untuk film ini tertuju pada kesan keterpaksaan yang ditampilkan pada plotnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ann Hornaday dari The Washington Post mengatakan bahwa kisah dalam film ini benar-benar membosankan, tidak representatif, dan menjijikkan.
"Reduktif, menjijikkan, dan secara mengejutkan sangat membosankan, Blonde bahkan bisa saja menciptakan sebuah genre sinema baru: nekro-fiksi," tulis Hornaday di The Washington Post, Rabu (28/9).
Manohla Dargis dari The New York Times menulis dengan pedas bahwa kisah hidup Monroe tidaklah sedramatis seperti yang digambarkan dalam Blonde.
"Sangat melegakan bahwa dia tidak harus menderita ketika menyaksikan betapa menjijikkannya Blonde, sebuah hiburan seorang nekrofilia untuk mengeksploitasi dirinya," tegas Manohla Dargis.
Dargis menekankan bahwa cerita Monroe melalui film garapan Andrew Dominik itu hanya tak lebih dari seorang korban.
"Ketika menonton Blonde, saya bertanya-tanya, apakah Dominik benar-benar pernah menonton film Monroe?," tukas Dargis.
Dalam ulasan negatifnya untuk The Los Angeles Times, kritikus Justin Chang menuliskan bahwa sutradara Andrew Dominik tidak bisa memanfaatkan hidup Monroe sebagai seorang korban dalam kehidupannya.
"Karena Dominik tidak bisa membayangkan Monroe sebagai korban, dia bahkan tidak bisa memberinya rasa hormat untuk melihatnya sebagai, setidaknya, seorang berpartisipasi dalam kesuksesan dan kehancurannya,"
"Film yang lebih cerdas dan cermat akan mengeksplorasi partisipasi itu dan mengenalinya sebagai jenis kekuatannya sendiri - kekuatan yang tidak dapat disangkal sebagai daya pikat film itu sendiri," tulis Justin Chang.
Pujian terhadap sang aktris Ana de Armas sempat dinyatakan oleh Mae Abdulbaki dari Screen Rant. Namun ia menyayangkan bahwa akting pemeran asal Kuba itu tak cukup kuat untuk menyaingi pedihnya hidup seorang Norma Jeane alias Monroe.
"Blonde terbantu oleh penampilan penuh gairah oleh Ana de Armas, tetapi itu tidak mengangkat rasa pedih dan penderitaan seorang Norma Jeane," ungkap Abdulbaki.
Drama biografi dari sosok ikonis Marilyn Monroe ini diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Joyce Carol Oates.
Blonde mengambil latar dekade emas Monroe pada 1950-an dan 1960-an dengan perhatian khusus pada kehidupan batin dan perspektifnya tentang dunia.
Film ini mengaburkan garis fakta dan fiksi untuk mengeksplorasi pergelutan antara jati diri sendiri dan yang ditampilkan kepada publik.
Blonde disutradarai oleh Andrew Dominik dan turut dibintangi Bobby Cannavale, Adrien Brody, Julianne Nicholson, Xavier Samuel, and Evan Williams.
Selain Ana de Armas sebagai Monroe, Blonde turut dibintangi oleh Bobby Cannavale, Adrien Brody, Julianne Nicholson, Xavier Samuel and Evan Williams.
Film untuk dewasa ini dapat ditonton di Netflix pada 28 September.
(far/ain)