Jakarta, CNN Indonesia --
Iwan Fals menyinggung kepolisian dan tentara serta gas air mata usai menyoroti tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 125 orang.
Dalam kicauan Twitter pada Senin (3/10), Iwan mengunggah foto yang menampilkan aparat polisi dan TNI di stadion dengan asap gas air mata yang menyelimuti lapangan.
"Gas Air Mata, Polisi, Tentara & Pentungan," cuit Iwan Fals melalui akun @iwanfals.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kicauan itu datang setelah sebelumnya Iwan Fals mengirimkan doa tanda duka untuk keluarga mendiang korban tragedi tersebut. Ia juga berharap tragedi ini diusut tuntas dan tak terulang kembali.
"Semoga keluarga dan handai taulan yg ditinggalkan kuat dan tabah menjalaninya. Usut tuntas tragedi ini agar tak terulang lagi di kemudian hari. Sebagai pecinta sepakbola saya merasa sedih sekali," tulis Iwan.
Cuitan itu pun mendapat banyak respons dari para penggemar. Sebagian dari mereka berduka cita, terutama menyesalkan banyaknya nyawa orang tak bersalah yang harus menjadi korban tragedi tersebut.
Salah satu netizen juga mengunggah foto yang menampilkan seorang penonton menggendong anak kecil berlari di tengah kericuhan. Netizen itu pun berkomentar dengan mengutip lirik lagu Nak milik Iwan Fals.
"Duduk sini nak, dekap pada bapak," tulis salah satu netizen.
CNNIndonesia.com telah meminta izin kepada Iwan Fals untuk mengutip unggahan tersebut.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, terjadi usai kekalahan 2-3 Arema FC atas Persebaya, Sabtu (1/10) malam.
Lanjut ke sebelah...
Suporter Arema memasuki lapangan karena tak terima dengan hasil pertandingan yang memenangkan Persebaya. Insiden itu direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.
Langkah tersebut menyebabkan penonton panik, sehingga berlarian, sesak napas, dan terinjak-injak. Menurut data, 125 orang meninggal dunia dalam tragedi ini dan ratusan orang lainnya luka-luka.
Sementara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendalami dugaan gas air mata yang digunakan aparat untuk membubarkan massa di Stadion Kanjuruhan telah kedaluwarsa.
"Gas pasti punya kedaluwarsa itu akan menjadi kunci kami tanya ke medis," kata Anam dalam jumpa pers di Malang, Jawa Timur, Senin (3/9).
"Apakah ini karena sesak nafas, kadar oksigen dan lainnya seperti apa," tambahnya.
Penggunaan gas air mata sendiri dilarang keras dalam pengamanan pertandingan sepak bola menurut regulasi FIFA. Meski di sisi lain, polisi menyatakan penggunaan gas air mata saat kerusuhan di Kanjuruhan telah sesuai prosedur.
Pemerintah sendiri telah memerintahkan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menyelidiki Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari seratus suporter tim bola Arema FC atau Aremania.
Selain itu, pemerintah pun meminta TNI dan Polri untuk mengusut dugaan pelaku pidana, juga menindak apabila ada anggotanya yang menyalahi aturan berlaku.
"Tugas jangka pendek meminta Polri dalam beberapa hari ke depan segera mengungkap pelaku yang terlibat tindak pidana," kata Menko Polhukam Mahfud MD usai dalam konferensi pers usai rapat koordinasi di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (3/10).
"Kalau sudah dilakukan agar diumumkan pelaku pidana yang sudah memenuhi syarat agar ditindak. Dan, Polri melakukan evaluasi penyelenggaraan keamanan di daerah setempat," lanjutnya.