Jakarta, CNN Indonesia --
Black Panther: Wakanda Forever memilih jalan terbaik dalam memberi penghormatan kepada Chadwick Boseman. Sekuel ini sanggup menggambarkan rasa kehilangan bangsa Wakanda tanpa perlu mengais air mata dari kematian Raja T'Challa.
Dengan keputusan itu, Black Panther 2 menyuguhkan secara efektif kelanjutan bangsa Wakanda usai kepergian T'Challa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutradara Ryan Coogler menakar porsi yang pas antara duka cita bangsa Wakanda dan perjuangan mereka untuk beranjak dari titik nadirnya.
Film ini sejak awal langsung menunjukkan berbagai perubahan Wakanda satu tahun sejak wafatnya sang raja. Perubahan itu dilihat dari segala sisi, mulai dari stabilitas politik negara itu di hadapan dunia, hingga kesedihan orang-orang terdekat T'Challa.
Meski terasa tak tersampaikan secara mulus pada sejumlah bagian, tetapi cara itu cukup efisien untuk mengantar penonton ke masalah inti dari Black Panther: Wakanda Forever.
Jika film pertama berkutat pada perebutan takhta, Black Panther 2 mengusung persoalan yang lebih luas. Salah satunya karena faktor keberadaan bangsa Talokan yang juga menjadi titik awal dari rentetan konflik.
Hubungan Wakanda dan Talokan yang tak adem ayem disampaikan dengan apik oleh Ryan Coogler, lengkap dengan selipan-selipan politik luar negeri seperti geopolitik, konflik kepentingan, hingga perang diplomasi.
Meski terdengar berat, film ini masih bisa dinikmati karena cara bertuturnya yang mudah dipahami.
Coogler juga mengenalkan bangsa Talokan dengan amat menarik, dan secara perlahan mengajak penonton memahami kisah dari bangsa yang mengasingkan diri di bawah lautan tersebut.
Pengenalan bangsa Talokan itu semakin berkesan dengan sajian visual yang begitu indah, lengkap dengan kecanggihan mereka dalam memanfaatkan vibranium.
Meski begitu, Ryan Coogler tak meninggalkan kesan asing saat menggambarkan Talokan sebagai bangsa yang mengisolasikan diri. Ia memikirkan dengan saksama kesan tersebut yang terpatri lewat desain dan arsitektur bangsa itu.
Lanjut ke sebelah...
Coogler juga memainkan emosi penonton dengan menunjukkan kerapuhan Wakanda, sementara di sisi lain ia mengenalkan 'pesaing' yang tampak lebih kuat dari bangsa yang difavoritkan banyak penggemar Marvel tersebut.
Apalagi, perjalanan duka yang dialami seorang ibu dan adik perempuan melalui Ramonda (Angela Bassett) dan Shuri (Letitia Wright) menjadi kekuatan utama dalam film ini.
Kisah Shuri yang digadang-gadang menjadi penerus Black Panther pun tak digarap sembrono oleh Ryan Coogler. Coogler melibatkan emosi yang mendalam dan dieksekusi dengan baik oleh Letitia Wright.
Coogler pun masih punya banyak cara dalam mempermainkan emosi penonton dalam film ini. Lewat sebuah adegan, ia memulai babak ketiga Black Panther: Wakanda Forever dengan penuh tensi tinggi hingga akhir cerita.
Bagi saya, babak ketiga inilah yang memberikan pengalaman menonton lebih memuaskan dibanding film pertama.
Penonton disuguhi pertempuran antara Wakanda dan Talokan yang tak hanya megah, tapi juga melibatkan kompleksitas pertimbangan moral. Pergulatan antara dendam dan membela harga diri dengan pengalaman yang masih prematur.
 Review Black Panther 2 Wakanda Forever: perjalanan duka yang dialami seorang ibu dan adik perempuan melalui Ramonda dan Shuri menjadi kekuatan utama dalam film ini. (dok. Marvel Studios via IMDb) |
Namun Ryan Coogler tak lantas melupakan bagaimana menutup Black Panther 2 dengan mulus yang membuat film ini juga sebagai catatan perjalanan dari seorang tokoh pahlawan Marvel baru mencapai kedewasaannya.
Terus terang, menyaksikan film dan serial MCU belakangan ini hanya terasa seperti 'menggugurkan kewajiban' demi tetap update dengan plot besar semesta tersebut.
Hingga akhirnya, Black Panther: Wakanda Forever hadir menawarkan warna lain yang sejatinya tak asing di ingatan penggemar MCU.
Saya dan penonton lainnya kembali disuguhi tontonan dengan masalah berlapis yang tak jarang membolak-balik kompas moral dan emosi.
Terlepas dari itu, semesta Black Panther tampaknya tidak butuh embel-embel crossover karena mampu kokoh dan memuaskan hanya dengan berdiri sendiri.
[Gambas:Youtube]