Jakarta, CNN Indonesia --
Lima tahun lalu, berita Harvey Weinstein melakukan pelecehan keluar pertama kali pada Oktober 2017. Kala itu, banyak jurnalis hiburan tak menyangka dampaknya masih akan terasa hingga saat ini.
Hal yang sama juga jelas terlihat dari dua jurnalis The New York Times pembongkar kebejatan raksasa Hollywood tersebut, Jodi Kantor dan Megan Twohey, yang terlihat jelas dalam kisah film She Said.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai seorang jurnalis, insting sebuah peristiwa atau berita adalah permasalahan yang penting dan besar mungkin sudah hal yang biasa. Namun siapa yang akan bisa mengira bahwa itu akan bergema hingga mengglobal?
She Said menggambarkan dengan jelas bahwa Jodi Kantor (Zoe Kazan) dan Megan Twohey (Carey Mulligan) saat itu menilai mereka hanya membongkar keburukan taipan Hollywood atas tindakannya melecehkan banyak perempuan.
Namun ketika hingga akhirnya laporan investigasi tersebut membuahkan pengakuan 82 perempuan sebagai korban Harvey Weinstein --dengan puluhan di antaranya adalah nama-nama besar-- dan memicu gerakan MeToo, jelas hal tersebut jadi hal yang monumental.
 Review She Said: She Said berjalan begitu polos, fokus, dan amat menghormati para penyintas. (dok. Universal Pictures via IMDb) |
Kisah sejenis juga pernah ditampilkan Spotlight (2015) dan The Post (2017), film-film yang menggambarkan bagaimana dan betapa susahnya jurnalis --yang bekerja sesuai dengan kode etik dan profesi-- dalam menjalani tugas mereka.
Namun She Said terasa berbeda. Mungkin saja karena kasus Harvey Weinstein ini bisa terjadi pada siapapun, bukan cuma perempuan. Selain itu, kasus ini terjadi di tempat kerja yang akan sangat mungkin menjadi lokasi ketidakseimbangan relasi kekuasaan.
Digarap oleh Maria Schrader dan ditulis oleh Rebecca Lenkiewicz, She Said dengan baik fokus pada pengisahan dua jurnalis dalam menyelidiki kasus pelecehan Harvey Weinstein yang kala itu nyaris tak bisa terungkap.
Lanjut ke sebelah...
Bagi yang awam, posisi Harvey Weinstein sebagai produser papan atas di Hollywood dan pemilik beberapa studio besar amat menguntungkan dirinya agar kebejatan itu tak terungkap.
Apalagi di industri perfilman yang didominasi laki-laki, termasuk di Indonesia. Posisi produser, sutradara, atau pemangku jabatan lainnya di studio atau proyek akan sangat menentukan 'nasib' seorang kru atau aktor yang sejatinya hanya ingin memiliki karier yang lancar.
Iklim seperti itu ditambah momok juga stigma atas korban pelecehan membuat pekerjaan Jodi dan Megan sejatinya menjadi tantangan tersendiri.
[Gambas:Infografis CNN]
Apalagi korban dari Harvey Weinstein ini sebagian di antaranya adalah selebritas yang khawatir bila mengaku menjadi korban, hanya akan dianggap mencari sensasi belaka.
Gambaran itulah yang ditangkap dengan baik oleh Schrader dan Lenkiewicz, dan dimainkan dengan mulus oleh Carey Mulligan juga Zoe Kazan. Plus, She Said menekankan pentingnya menghargai keputusan para penyintas atas kisah mereka.
Meski begitu, saya harus menyadari memang She Said tampaknya bukan ditujukan untuk menggaet pasar. Alur cerita yang terjalin mungkin tidak semenggugah Spotlight dan The Post yang memiliki dramatisasi.
She Said berjalan begitu polos, fokus, dan amat menghormati para penyintas. Terlebih, beberapa korban juga tayang secara langsung menjadi dirinya sendiri dalam film ini.
Sebenarnya, She Said bisa menjadi pembelajaran tersendiri kepada para jurnalis dan wartawan soal bagaimana menghormati narasumber, terutama berkaitan dengan isu yang sensitif.
Film ini bahkan mungkin lebih terasa sebagai rekonstruksi ulang semata untuk pembelajaran dan penghormatan terhadap para penyintas, alih-alih sebagai film sebagai produk hiburan.
[Gambas:Youtube]
Apakah itu jadi hal buruk? Sebenarnya itu tergantung dari sudut pandang dan niat dalam menyaksikan film ini. Bagi jurnalis dan mereka yang berminat, mungkin film ini akan jadi salah satu referensi dan pengingat akan profesi mereka.
Sementara bagi masyarakat awam, She Said mungkin hanya akan terasa sebagai tontonan biasa yang jadi pilihan kesekian untuk disaksikan di bioskop.
Meski begitu, kadang menyaksikan film di bioskop memang tak mesti yang "pop-ish" atau cuma yang blockbuster, ada banyak film yang bisa memberikan insight lebih baik dibanding sekadar hiburan semata.