Mulanya, ia tergabung sebagai komponis dalam Pelarian (1973) ataupun andil sebagai penulis skenario di Duo Kribo (1977) dan Ombaknya Laut Mabuknya Cinta (1978).
Tak hanya itu, Remy Sylado juga sempat menabung diskografi album penuh berjudul Orexas (1978) serta Bromocorah dan Putrinya (1983).
Debut penulisan lagu dan naskah itu membawa Remy menjadi aktor pada judul-judul film selanjutnya sepert Tinggal Sesaat Lagi (1986), Akibat Kanker Payudara (1987(, Taksi (1990), Pesta (1991) sebelum hiatus pada 1992.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pertengahan 2000-an, Remy kembali aktif dalam dunia seni peran melalui peran-peran minor dalam film Capres (Calon Presiden) (2009), Bulan di Atas Kuburan (2015), hingga film terakhirnya Senjakala di Manado (2016).
Jelang masa senjanya, Remny juga masih dikenal produktif dalam berbagai karya sastra, terutama fiksi. Terlebih, Remy kerap menggunakan kosakata Indonesia gaya lama yang membuat gaya penulisannya menjadi lebih atraktif.
Daya jelajah ilmu pengetahuan serta riset yang mendalam membuat karya-karya Remy Sylado tak lekang oleh waktu.
Apalagi, mendiang Remy juga seorang poliglot atau mahir dalam menuturkan berbagai bahasa, sehingga memudahkan baginya untuk menuliskan karya fiksi yang menyentuh berbagai aspek sosial dan budaya.
Seluruh kiprah panjangnya itu kemudian ditularkan melalui berbagai pengajaran di berbagai perguruan tinggi untuk mengajarkan Sinematografi, Perfilman, hingga Teologi.
Kini, sosok dengan pakaian serba putih yang menjadi ciri khasnya itu telah beristirahat dengan tenang. Namun, karya-karyanya yang gemilang akan terus terekam dalam ingatan.
(far/chri)