Jakarta, CNN Indonesia -- Kepergian novelis Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin alias
Nh Dini menyisakan duka di dunia sastra Indonesia. Mereka kehilangan salah satu sastrawan yang sangat berbakat dengan banyak karya berkualitas.
Sastrawan
Remy Sylado menilai Dini adalah pembuka panorama sastra Indonesia. Perempuan berdarah Bugis itu sudah aktif di bidang sastra sejak tahun 1960an.
"Nh Dini perempuan yang sejak tahun 60an membuka panorama sastra Indonesia dengan pandangan kecendikiaan yang harus dipuji," kata Remy kepada
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (5/12) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panorama sastra yang dibuka Dini berhasil mencetak banyak sastrawan perempuan di abad 21 yang tidak kalah, bahkan menurut Remy, lebih baik dari pada Dini. Beberapa di antaranya adalah Ayu Utami, Dee Lestari dan Leila Chudori.
"Saya rasa mereka perempuan yang lebih menunjukkan kecerdasan mereka sebagai cendikia perempuan. Sastrawan yang sangat kaya dan memperkaya wawasan pembaca Indonesia," kata Remy.
Meski demikian, Remy mengaku tidak membaca sederet karya Dini. Namun ia sangat suka membaca novel
La Peste atau
The Plague (1947) karya Albert Camus yang diterjemahkan Dini. Dalam bahasa Indonesia buku itu bertajuk
Sampar.
Dini merupakan novelis Indonesia yang banyak melahirkan karya-karya berkualitas. Beberapa di antaranya adalah
Pada Sebuah Kapal (1972),
La Barka (1975) atau
Namaku Hiroko (1977),
Orang-orang Tran (1983),
Pertemuan Dua Hati (1986),
Hati yang Damai (1998), belum termasuk tulisan dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan.
Dari ragam karya yang ditulisnya, Dini pun beberapa kali menerima penghargaan seperti penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand, kemudian belum lama ini ia menerima Penghargaan Sepanjang Masa atau Lifetime Achievement Award dalam malam pembukaan Ubud Writers and Readers Festival 2017.
Nh Dini meninggal dunia karena mengalami kecelakaan dalam perjalanan setelah melakukan tusuk jarum, pada Selasa (4/12). Berdasarkan laporan khusus di
CNNIndonesia.com dua tahun silam, meski pada usia 80-an Dini terbilang sehat, mendiang tetap harus mengontrol kesehatan melalui jamu-jamuan dan tusuk jarum.
(adp/rea)