Avatar 2, Podium Orasi James Cameron Soal 5 Isu Lingkungan

CNN Indonesia
Selasa, 20 Des 2022 20:00 WIB
James Cameron resmi merilis Avatar 2 yang bertajuk The Way of Water pada 14 Desember. Seperti film pertamanya, sekuel kali ini penuh dengan pesan lingkungan dari sutradara yang juga aktivis lingkungan itu. (20th Century Studios via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

James Cameron resmi merilis Avatar 2 yang bertajuk The Way of Water pada 14 Desember. Seperti film pertamanya, sekuel kali ini penuh dengan pesan lingkungan dari sutradara yang juga aktivis lingkungan itu.

Hal itu pun diakui oleh salah satu produser Avatar 2, Jon Landau, kala berbincang dengan Yahoo! Movies Inggris yang rilis pada Kamis (15/12).

"Saya pikir awalnya, ketika kami membuat Avatar pertama, itu adalah sesuatu yang harus diyakinkan oleh studio agar tidak negatif," kata Landau soal isu perubahan iklim dalam film tersebut.

"Apa yang kami coba bilang ke mereka adalah kami punya kewajiban untuk mengisahkan cerita yang memiliki tema sosial," lanjutnya.

"Kami ingin terus memainkan peran dalam menyadarkan orang-orang tentang masalah yang dihadapi dunia kita. Isu-isu adalah lingkungan, sosial, dan saya pikir Avatar: The Way of Water menyentuh kedua hal itu," kata Landau.

Berikut sejumlah pesan James Cameron soal lingkungan yang ia bahas dalam Avatar 2: The Way of Water.



1. Penambangan

Sindiran James Cameron terhadap industri tambang jelas terlihat dalam Avatar 1 (2009). Dalam ceritanya, RDA yang berasal dari Bumi datang ke Pandora untuk mencari bahan tambang bernama unobtanium.

Mineral tersebut kala itu disebutkan laku di Bumi dengan nilai US$20 juta per kilogram. Demi mendapatkan cuan, manusia melalui RDA mulai mengincar untuk memusnahkan hutan di Pandora yang diyakini menyimpan cadangan mineral.

Cameron seolah menggambarkan berbagai kasus dalam industri penambangan yang dilaporkan telah menimbulkan banyak kerusakan lingkungan, mulai dari penggundulan hutan, hingga lubang bekas penggalian yang tak bisa diperbaiki.

Pada Avatar 2 pun, sindiran Cameron semakin kental. Ketika RDA kembali datang ke Pandora, mereka menggunakan pesawat yang meluluhlantakkan sebagian hutan dan membakarnya.

Hingga ketika adegan berganti ke masa satu tahun setelahnya, wilayah hutan yang terbakar tersebut berubah menjadi tanah tandus dan berdiri kota yang dibangun RDA dan seutuhnya terbuat dari metal.

Ironisnya, Jenderal Frances Ardmore (Edith Falco) menyebut mereka membangun kota penuh metal dan lahan yang kini tandus itu karena Bumi tak lagi bisa ditinggali karena ulah mereka sendiri.

Menurut penelitian Achmad Subardja Djakamihardja dan Rhazista Noviardi dari LIPI atau kini bernama BRIN pada lahan pasca tambang timah di Bangka Barat, lahan bekas pertambangan memiliki tanah dengan kesuburan yang amat rendah.

"Tingkat kesuburan tanah dan tailing pada lahan di daerah bekas penambangan sangat rendah yang diakibatkan hilangnya lapisan atas tanah (top soil)," tulis mereka dalam Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi 2008.

"Tercuci dan hanyutnya unsur-unsur hara serta terjadinya perubahan sifat fisik, kimia, dan biologis dari tanah, sehingga terjadi degradasi (penurunan kualitas) lahan." lanjutnya.

James Cameron resmi merilis Avatar 2 yang bertajuk The Way of Water pada 14 Desember. Seperti film pertamanya, sekuel kali ini penuh dengan pesan lingkungan dari sutradara yang juga aktivis lingkungan itu. (20th Century Studios via IMDb)


2. Penindasan dan pengusiran suku asli

Sejak Avatar 1 (2009), James Cameron dengan jelas menunjukkan betapa bengis manusia alias Bangsa Langit saat datang ke wilayah baru seperti Pandora.

Sebagai pendatang, mereka bukan hanya datang tak diundang, tetapi juga berniat mengusir bangsa Na'vi yang merupakan penduduk asli Pandora. Bukan hanya sekadar mengusir, Bangsa Langit juga merendahkan pengetahuan bangsa Na'vi yang sejatinya berasal kearifan lokal dan selaras dengan alam mereka.

Namun Bangsa Langit alias manusia merasa superior dengan segala teknologi yang mereka punya sehingga sewenang-wenang terhadap bangsa Na'vi. Meski pada akhirnya, manusia bisa diusir dengan magis dan kekuatan bangsa Na'vi.

Lewat narasi itu, James Cameron juga seolah menyindir berbagai perusahaan besar yang kerap dilaporkan mengusir penduduk asli saat mereka datang untuk mengembangkan bisnis di suatu tempat.

"Perusahaan pertambangan kadang mengabaikan karakteristik lokal," kata dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, Nafsiatun, dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2016 lalu.

"Padahal kearifan lokal menjadi penting apalagi masyarakat yang tinggal di area pertambangan mempunyai kebiasaan hidup ramah lingkungan yang turun-temurun," lanjut Nafsiatun, dikutip dari laman UGM.

Lanjut ke sebelah...



Eksploitasi Hewan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :