Review Film: I Wanna Dance with Somebody

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 29 Des 2022 21:00 WIB
Review film: melihat I Wanna Dance with Somebody bukan seperti menyaksikan film biopik, melainkan datang ke konser privat Whitney Houston. (dok. Sony Pictures via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

I Wanna Dance with Somebody mungkin salah satu film yang saya rasa tepat dirilis di penghujung tahun. Meski begitu, saya sesungguhnya berat hati menyebut film ini sebagai film biopik walau memang mengisahkan biografi Whitney Houston.

Pada dasarnya, film I Wanna Dance with Somebody memang menggunakan pola cerita dan pembabakan film biopik pada umumnya. Namun naskah yang ditulis Anthony McCarten ini sejatinya terlalu sederhana untuk kelas film biopik.

Saya akan ambil perbandingan dengan film biopik dengan 'kelas' yang sama dengan film ini, King Richard.

King Richard yang tayang di Indonesia pada awal 2022 memiliki komposisi drama humanis yang cukup kompleks, tapi tanpa meninggalkan unsur komersil agar bisa tetap menghibur penonton. Ringan, tapi mengenyangkan.

Apalagi ditambah dengan kualitas akting dari Will Smith dan Saniyya Sidney sebagai Venus Williams dan Demi Singleton sebagai Serena Williams, King Richard jadi film biopik yang bisa bermain di dua ranah, komersil dan festival.

Sementara dengan I Wanna Dance with Somebody, McCarten tidak cukup membuat film ini memiliki taraf kualitas yang sama dengan King Richard dari segi cerita.

Review film: melihat I Wanna Dance with Somebody bukan seperti menyaksikan film biopik, melainkan datang ke konser privat Whitney Houston. (dok. Sony Pictures via IMDb)

Kisah Whitney Houston dalam I Wanna Dance with Somebody tidak cukup mendalam. Bahkan, saya lebih merasa kisah itu semuanya ada di Wikipedia. Sehingga sebenarnya dari segi cerita, tak ada yang "wah" dalam film ini.

Meski begitu, performa Naomi Ackie sebagai sang The Voice bisa dibilang cukup mendongkrak cerita film ini. Ackie jelas tampak sungguh-sungguh menirukan gerak Whitney Houston.

Usaha Naomi Ackie tidak sia-sia, meski saya bisa bilang ia tidak sepenuhnya 'kerasukan' karakter penyanyi legendaris itu. Dalam beberapa hal, terutama saat adegan di panggung, Ackie cukup baik menirukan Houston. Sisanya, ya tak ada yang istimewa.

Sementara itu, hal yang sesungguhnya menolong film ini sehingga saya bisa bilang I Wanna Dance with Somebody layak ditonton pada akhir tahun adalah suara dari Whitney Houston itu sendiri.

Ackie jelas hanya lip-sync saat mentas menjadi Houston dalam adegan bernyanyi atau manggung di film ini. Lagi pula, aktor mana yang bisa mengalahkan kualitas Houston yang memiliki vokal terbaik pada generasinya?

Suara, teknik, melodi, vokal Whitney Houston yang luar biasa, seolah-olah menjadikan Ackie sebagai wadah yang tepat untuk penyanyi ikonis itu kembali dan muncul di layar lebar.



Sehingga, sensasi yang ditimbulkan dari I Wanna Dance with Somebody ini bukan seperti menyaksikan film biopik, melainkan seperti konser privat dengan Whitney Houston. Saya pun berkali-kali bergidik mendengar suara penyanyi yang dijuluki The Voice itu.

Apalagi, mungkin saja sebagian besar penonton Indonesia saat ini tidak memiliki pengalaman menyaksikan konser Whitney Houston secara langsung kecuali bagi mereka yang punya privilege.

Selain itu, mereka yang dahulu menggemari Whitney Houston dan mengenalnya, atau melihatnya di TVRI, mungkin sudah paruh baya pada dewasa ini.

Sedangkan penonton aktif di bioskop saat ini bisa jadi seperti saya, yakni orang-orang yang baru tahu Whitney Houston saat ia sudah dikenal sebagai diva, bukan ketika ia muncul dan membesar namanya.

Saya pribadi baru mengetahui ada penyanyi hebat sekaliber Whitney Houston pada 1998, saat ia tampil bersama Mariah Carey melalui lagu When You Believe. Saat itu, Whitney sudah melewati masa kejayaannya, dan saya hanya tinggal menikmati lagunya, bukan perjalanan kariernya.

Sehingga ketika saya menyaksikan I Wanna Dance with Somebody yang memiliki cerita sekelas rangkuman Wikipedia, saya sebenarnya tak bisa misuh karena ada suara Whitney Houston yang sudah ditingkatkan kualitasnya dengan teknologi canggih itu membuat saya tak bisa berkata-kata.

Sedikit tribut untuk sang diva, saya sertakan salah satu pertunjukan luar biasa dari Whitney Houston dalam kariernya: panggung American Music Awards 1994.



(end)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK