Penuturan dengan tempo yang cepat, seolah-olah memaksa penonton loncat ke berbagai peristiwa dalam hidup Roy.
Belum lagi unsur cinta monyet anak SMA dan idealisme ala aktivis mahasiswa yang ada dalam hidup Roy. Dari sini, saya merasa Salman membuat Roy seperti Boy, yang memiliki penggambaran kontras dalam karakternya, tapi dengan cara yang agak kasar.
Boy dalam Catatan Si Boy, memang memiliki sikap yang agak kontradiktif dalam dirinya. Ia tampan, kaya, santun, dan soleh, tapi ia juga perokok, suka dugem, dan bermesraan dengan pacarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk Roy, dia semula digambarkan sebagai anak gaul, soleh, penulis andal, dan intelek. Namun dalam sekejap berubah menjadi berandal, tukang mabuk, womanizer, dan tukang balap jalanan. Semua terjadi bahkan begitu cepat dan dalam tempo yang singkat.
Belum lagi dengan cinta-cinta monyet yang --jujur saja-- mengganggu Roy berproses mencari dan menemukan jati diri. Sehingga, poin cerita utama soal pencarian jati diri tertutupi kehebohan demi kehebohan Roy dengan karakternya labil.
Manusia memang bisa memiliki karakter yang berubah seiring dengan perjalanan hidupnya. Namun lika-liku hidup Roy dalam film ini sama sekali tidak realistik dengan dunia nyata, meski sudah memasukkan unsur realisme di dalamnya.
![]() |
Selain itu, narasi utama akan pencarian jati diri Roy tertutupi dengan ego maskulin yang begitu diagungkan dalam film ini lewat banyak adegan dan aksi para karakternya.
Sehingga saya pun mempertanyakan, apakah film ini hanya untuk memuaskan ego sineasnya untuk bernostalgia akan dekade '80-an? Atau berusaha menyempil di antara arketipe cowok ideal yang sudah ada? Atau merebut pasar Gen Z yang masih remaja? Atau memang ingin memotret bagaimana seorang pria mencari jati dirinya?
Terlepas daripada keruwetan saya memahami film ini, saya angkat topi untuk penampilan Bio One.
Saya sudah cukup salut akan penampilannya dalam Srimulat: Hil yang Mustahal - Babak Pertama (2022) yang juga digarap oleh Fajar Nugros. Namun di Balada Si Roy, Bio One jelas menunjukkan dirinya memang berbakat sebagai aktor karakter.
Menurut saya, Bio One memiliki peluang besar untuk lebih mengembangkan diri lagi menjadi aktor karakter yang cakap. Apalagi, memang tak banyak aktor di Indonesia yang mampu seutuhnya menjadi karakter yang ia mainkan hingga lepas dari identitas aslinya.
Selain itu, Balada Si Roy juga sebenarnya sebuah proyek yang bagus untuk mengeksplorasi wilayah lain di Indonesia, sehingga secara perlahan industri film tidak lagi harus Jakarta-sentris.