
5 Fakta di Balik Film Argentina 1985

Film Argentina 1985 menjadi sorotan setelah berhasil memenangkan kategori film berbahasa non-Inggris terbaik di Golden Globe Awards 2023.
Film asal Argentina dan berbahasa asli Spanyol ini pun mendapatkan nominasi Best International Feature Film di ajang Piala Oscar 2023 yang puncaknya akan digelar pada Maret mendatang.
Argentina 1985 mengisahkan perjalanan dua jaksa dalam mengurus kasus persidangan sejumlah mantan petinggi junta militer di Argentina.
Berikut 5 fakta film Argentina 1985.
1. Diangkat dari kisah nyata
Argentina 1985 diangkat dari kisah nyata yang terjadi dalam sejarah negara Amerika Latin tersebut, The Trial of Juntas yang digelar pada April-September 1985.
The Trial of Juntas merupakan persidangan sembilan pemimpin junta militer Proceso de Reorganización Nacional yang memimpin Argentina secara diktator pada 1976 hingga 1983.
Sembilan orang itu adalah Jorge Rafael Videla, Emilio Eduardo Massera, Roberto Eduardo Viola, Armando Lambruschini, Orlando Ramón Agosti, Omar Graffigna, Leopoldo Galtieri, Jorge Anaya, dan Basilio Lami Dozo.
![]() |
Selama masa kediktatoran mereka, diduga ada ribuan warga Argentina disiksa, dibunuh, hingga hilang yang dilakukan oleh prajurit militer.
Pada persidangan ini, Julio César Strassera ditunjuk sebagai jaksa dan didampingi oleh Luis Moreno Ocampo.
Tim mereka berhasil membawa 709 kasus dengan 280 di antaranya diperdengarkan di pengadilan. Selain itu, ada 833 saksi yang memberikan pernyataan selama persidangan.
Lihat Juga : |
2. Kisah kediktatoran Videla
Jorge Rafael Videla menjadi Komandan Jenderal Argentina pada 1975. Kala itu, banyak militer Amerika Selatan dan pendukung sayap kanan didukung oleh Amerika Serikat sebagai bagian dari Operation Condor.
Operasi tersebut diyakini dilakukan sebagai bagian dari upaya memberangus ancaman kekuatan sayap kiri dan komunis, yang banyak digencarkan pada masa Perang Dingin.
Videla memimpin angkatan bersenjata Argentina pada 1976 untuk merebut kekuasaan negara yang sedang berkembang dan tidak stabil itu terhadap Isabel Peron. Peron sendiri menjadi presiden dengan mengambil kursi sepeninggal suaminya, Juan Peron.
Sukses melakukan kudeta, Videla mendirikan Proceso de Reorganización Nacional, membubarkan kongres, melarang partai politik, dan secara drastis membatasi kebebasan sipil.
Junta militer juga membatasi kebebasan berbicara dengan ketat dan sensor media. Bahkan lebih ekstrem lagi, Collider mencatat, junta militer menargetkan warga sipil yang diduga mendukung ideologi sayap kiri.
Hingga pada Maret 1981, masyarakat Argentina mengamuk karena tindakan kekerasan junta dan ekonomi yang buruk yang berujung perebutan kekuasaan dari Videla. Videla kemudian ditangkap dan disidang dalam persidangan sipil pada 1985.
Lanjut ke sebelah...