Kemungkinan fans yang menonton ini adalah mereka yang tumbuh Bersama Naif sejak mulai naik daun awal 2000-an. Kalau saat itu mereka masih remaja, maka sekarang, mereka telah jadi penggemar usia ibu-bapak.
Senang melihat saya bukan satu-satunya emak-emak yang hadir karena di sana-sini nampak pasangan om-tante yang sebagian masih mengenakan baju kantor. Serombongan perempuan bergamis dan hijab syari berdiri persis sebelah saya turut bernyanyi tidak berbeda dengan penonton lainnya.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah PPKM dilonggarkan tahun lalu, jadwal konser muncul tiap pekan di Indonesia. David Bayu kelihatan ngotot mencatatkan Di Dalam Jiwa sebagai salah satunya. Tanpa sponsor, dengan tiket dijual seharga Rp250 ribu per lembar, sulit membayangkan konser ini sebagai sarana cari untung.
"Terima kasih kepada istri gue tercinta Shilla Delila, yang jadi promotor konser ini," teriak David dari panggung. Karena sang istrilah, menurut David dirinya jadi manggung.
"Enggak ada orang manggil gue nyanyi, ya udah gue bikin konser sendiri. Gak ada yang sanggup bayar gue," katanya disambut tawa penonton.
Sejak akhir tahun lalu, David juga duduk sebagai satu dari 11 juri Indonesian Idol. Perannya sebagai juri itu lah menurutnya yang membuat konser bisa terlaksana.
"Kalau enggak di-hire jadi juri, gue enggak bakal bikin acara ini. Budget-nya gede banget bikin acara sendiri. Wow, ternyata banyak printilan bangs**nya," keluhnya dari atas panggung.
Meski tetap memainkan sejumlah hits Naif, tidak jelas apakah memang ada kesepakatan bagi David hanya bisa memainkan lagu tertentu saat tidak manggung bersama. David sejak awal minta maaf karena tidak bisa memenuhi permintaan fans untuk menyanyikan lagu-lagu favorit.
"Playlist-nya kaya di kaset (Di Dalam Jiwa) deh... Maaf ye, malam ini gue engak bisa terima request. Lo dengerin aja yang kami kasih," pintanya.
Lagu seperti Dimana Aku Disini disebutnya "masih aman" untuk dibawakan meskipun berasal dari "era lama". Beberapa lagu yang diteriakkan penonton ditolaknya dengan ucapan "maybe next time".
Lihat Juga : |
Hingga akhirnya, keluar lah Jikalau, Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia, Piknik 72, dan Benci untuk Mencinta. Seisi ruangan pun kegirangan dan langsung bernyanyi dan jejogetan.
Di sini tampak bahwa di luar vokal David yang lantang tapi manis, kemampuannya menjalin koneksi dengan audiens patut dipuji. Mereka tertawa pada lawakan garingnya, ikut choir massal untuk nyaris semua lagu dan setia sampai konser selesai 3 jam setelah dimulai.
Konser ini barangkali layak jadi benchmark untuk para vokalis yang baru kehilangan band dan bertanya-tanya apakah ada tempat dalam industri untuk mereka. Untuk David Bayu, tempat itu jelas ada.