Jakarta, CNN Indonesia --
Tim arkeolog Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Seksi Pemeliharaan Warisan Budaya Benda, Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya dan Seksi Museum, menemukan saluran air atau paralon kuno.
Saluran air kuno yang ditemukan pada Kamis (8/3) tersebut terbuat dari tanah liat atau yang kerap disebut Plempem atau Riul oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan keterangan resmi Humas Pemda DIY, setidaknya delapan plempem tanah liat kuno ditemukan di area ekskavasi Kedaton IV sisi selatan. Plempem itu memili panjang 62 cm hingga 66 cm dengan diameter 35 cm per riul.
Saluran air kuno yang ditemukan tersebut masih akan diidentifikasi lebih lanjut terutama terkait fungsinya untuk saluran pembuangan air atau saluran air bersih.
Berdasarkan hipotesis awal, Tenaga Ahli Ekskavasi Danang Indra Prayudha menduga saluran kuno itu masih satu konteks dengan benteng sisi barat keraton usai mengukur derajat kemiringan yang sama di dengan benteng, yaitu 10 derajat.
"Ini temuan baru pertama dan unik karena ada saluran air, kami menduga ini satu periode namun masih perlu dibuktikan," kata Danang dalam keterangan resmi Humas Pemda DIY yang diterima, Selasa (14/3).
"Tetapi sementara ini adalah bagian dari benteng karena kemiringannya sama dan bagian menyatu antara benteng dengan saluran airnya."
Ia mengatakan timnya akan melakukan uji sampe tanah dalam saluran untuk mengecek lebih lanjut terkait fungsi sebagai pembuangan atau saluran air bersih.
[Gambas:Video CNN]
Danang juga mengatakan temuan baru arkeologis tersebut merupakan dari era Raja Amangkurat I ini. Temuan itu berada di lokasi yang nantinya dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret.
Oleh sebab itu, desain museum tersebut harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini. Ketentuan tersebut sudah diatur Peraturan Cagar Budaya, "Apabila mendirikan bangunan baru setidaknya ada jarak dua meter dari objek cagar budayanya."
Lanjut ke sebelah...
Penemuan itu merupakan hasil tindak lanjut rencana Seksi Museum Kundha Kabudayan DIY mengembangkan Museum Pleret.
Dalam prosesnya, Seksi Pemeliharaan Warisan Budaya melakukan survei dalam pengembangan lahan memetakan ada tidaknya objek diduga cagar budaya pada 2022.
"Dalam survei tersebut, kami menemukan tumpukan bata yang terlihat di permukaan di dua titik, dari temuan ini lah kami kerjakan ekskavasi Kedaton IV tahap pertama pada 4 hingga 29 Maret 2022 untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya," tutur Danang.
"Kami tidak menduga setelah tanah dibebaskan ternyata ada temuan benteng sisi Barat Keraton Pleret ditambah temuan baru saluran air kuno," ungkapnya.
Awalnya, tim ekskavasi Kedaton IV menduga ada struktur yang memanjang dari utara ke selatan. Mereka kemudian memakai metode benang yang ditarik dan diluruskan dari dua titik temuan.
Di bawah benang yang diluruskan tersebut, dilakukan penggalian yang ternyata ada temuan-temuan tumpukan batu bata yang lurus dari utara ke selatan dengan kemiringan 10 derajat.
Berbekal data-data terkait Keraton Pleret era Amangkurat I, tim ekskavasi mencoba melakukan pencocokan dengan peta-peta lama dari sumber-sumber sejarah.
"Kami berasumsi temuan yang ada di sini adalah benteng sisi barat Keraton Pleret. Jika digambarkan bentengnya tidak berbentuk kotak tetapi jajaran genjang memanjang lurus dari utara ke selatan lurus," ucapnya.
"Dari pengembangan ekskavasi diketahui benteng tersebut mempunyai lebar 2,7 meter dan belum diketahui panjang dan tingginya karena kondisi benteng tersebut tidak utuh," papar Danang.
[Gambas:Video CNN]
Dari hasil-hasil temuan ekskavasi Kedaton IV, tim arkeolog memberikan sejumlah rekomendasi pengembangan Museum Pleret yang bisa dilakukan oleh OPD terkait.
Rekomendasi tersebut yakni melakukan pemetaan menggunakan foto udara, membuka sisi luar setidaknya 4 meter dari temuan dan pengelolaan temuan baru menjadi site museum yang dipajang secara baik agar bisa dilihat langsung masyarakat yang berkunjung ke Museum Pleret.