Jakarta, CNN Indonesia --
Shazam! Fury of the Gods memang tak menawarkan kisah superhero dengan plot yang kompleks dan berbobot. Sekuel tersebut juga seolah diramu seperti permen yang bisa dinikmati semua usia.
Namun, perjalanan lanjutan keluarga superhero itu nyatanya mampu menawarkan tontonan yang menghibur. Shazam! Fury of the Gods terasa menyenangkan, terutama dibandingkan sederet film superhero yang rilis belakangan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut tidak lepas dari pendekatan yang diterapkan oleh sutradara David F. Sandberg. Ia terlihat begitu paham bahwa karakter Shazam lebih cocok digarap dengan bobot cerita yang ringan.
Saya tidak melihat banyak perkembangan dari segi cerita, kecuali Billy Batson yang semakin dewasa dan kehadiran villain baru. Namun, Sandberg piawai dalam menjahit plot sederhana itu menjadi suguhan cerita yang mudah dicerna.
Dalam urusan cerita, Shazam! Fury of the Gods bagi saya memang hanya butuh penulisan yang jelas dan rapi. Sekuel itu tidak perlu muluk-muluk menawarkan kisah superhero kompleks dengan konflik berlapis.
 Review film: Shazam! Fury of the Gods diramu bagai permen yang bisa dinikmati semua usia, meski tak memiliki hal yang "wow". (dok. Warner Bros. Pictures) |
Pasalnya, kekuatan utama saga Shazam! adalah eksekusi penuh kesegaran dengan lelucon tepat sasaran. Seperti ketika Shazam! (2019) menggebrak DC Extended Universe (DCEU) yang terkenal dengan atmosfer gelap.
Formula gebrakan itu kembali disuguhkan sang sutradara dalam Shazam! Fury of the Gods. Ia menyelipkan berbagai lelucon yang berhasil mengocok perut.
Karakter Billy Batson yang memiliki alter ego superhero juga menjadi modal yang bisa banyak dieksplorasi. Hal itu terlihat ketika Batson muncul sebagai superhero dan berulang kali melontarkan celoteh nyeleneh.
Ia juga kerap melakukan tindakan bodoh karena kurang perhitungan dan merasa tak sadar akan tanggung jawab, yang berhasil dikemas secara komikal oleh Sandberg.
Aspek plus itu disempurnakan dengan akting menawan Zachary Levi. Ia sekali lagi berhasil membawa Shazam! menjadi superhero yang aneh dan jenaka.
Pesona menawan Levi kemudian bersaing dengan kehadiran Daughters of Atlas, tiga putri dewa Atlas yang berhadapan dengan Shazam! dan lima saudara superhero lainnya.
DCEU tidak tanggung-tanggung dalam menyuguhkan karakter villain untuk sekuel tersebut. Mereka menampilkan nama-nama sekaliber Helen Mirren sebagai Hespera, Lucy Liu sebagai Kalypso, hingga Rachel Zegler sebagai Anthea.
Lanjut ke sebelah..
Dewi-dewi dari mitologi Yunani itu memperkaya cerita Shazam! 2 dengan penokohan yang khas antara satu sama lain. Sebab, tiga putri Atlas itu menyimpan motif dan tujuan masing-masing ketika berhadapan dengan sang superhero.
Helen Mirren dan Lucy Liu juga menyuguhkan akting berkualitas berkat segudang pengalaman yang mereka miliki.
Sementara itu, Rachel Zegler membuktikan diri sebagai aktris muda yang patut dinanti sejak performa menawannya dalam West Side Story (2021).
Di samping itu, adegan laga dalam Shazam! Fury of the Gods lebih banyak bergantung pada efek CGI karena melibatkan monster-monster mitologi Yunani.
Saya tidak merasa terganggu ketika menyaksikan Shazam! berhadapan dengan naga atau monster jenis lainnya. Namun, adegan-adegan tersebut terlihat begitu mengandalkan efek CGI sehingga tidak ada elemen spesial.
 Review Shazam! The Fury of Gods: Helen Mirren dan Lucy Liu juga menyuguhkan akting berkualitas berkat segudang pengalaman yang mereka miliki. (dok. Warner Bros. Pictures) |
Hampir tak ada adegan bertarung antara Shazam! dan villain yang membekas dalam benak saya, karena pertempuran itu didominasi adu kekuatan super semata.
Aspek lain dalam film ini juga tidak terlalu mencuri perhatian, seperti sinematografi yang bagi saya berpredikat "cukup" saja. Scoring musik yang disajikan sejatinya tak mengganggu, tapi tidak bisa disebut memukau juga.
Hal tersebut lagi-lagi karena Sandberg tampak menaruh perhatian utama ke cerita dan elemen komikal antar karakter. Aspek itu seperti jadi ujung tombak untuk memikat penonton agar betah bertahan di kursi hingga film berakhir.
Tak lupa, Sandberg juga menyiapkan kejutan fan service yang cukup membuat heboh meski sebenarnya tidak berpengaruh signifikan pada cerita. Ia tampak hanya sekadar memuaskan dahaga para fan DCEU.
Shazam! Fury of the Gods berhasil menunaikan tugasnya sebagai sekuel yang meneruskan citra film pertama. Meski formula di baliknya terasa berulang, film ini masih menjadi tontonan yang menghibur dari awal hingga akhir.
Kisah keluarga superhero Philadelphia itu juga layak disaksikan di bioskop, terutama jika Anda bosan dengan suguhan superhero berbelit dan hanya ingin mendapat tontonan hiburan dalam sekali duduk.
[Gambas:Youtube]