Kendati demikian, klaim itu langsung dibantah Kim Kyeong-cheon, mantan wakil pimpinan JMS. Ia mengatakan ruangan Jeong Myeong-seok di Wolmyeong-dong sama seperti rumah pada umumnya.
"Satu ruangan lokasi pelecehan seksual itu terjadi dikenal sebagai rumah berlantai biru, tempat tinggal Jeong Myeong-seok di Wolmyeong-dong Training Center. Itu rumah biasa (bukan dari kaca)," kata Kim Kyeong-cheon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi bagaimana orang luar bisa tahu apa yang terjadi di kamar pribadi? Klaim dia (eksekutif JMS) adalah kebohongan," ia menegaskan.
Klaim In the Name of God: A Holy Betrayal menyebarkan kebohongan muncul beberapa waktu setelah JMS gagal menghentikan penayangan serial dokumenter tersebut.
Pengikut Jeong Myeong-seok sebelumnya mencoba menggagalkan penayangan In the Name of God dengan mengajukan gugatan ke pengadilan dengan alasan serial itu bisa memengaruhi proses hukum yang berlangsung.
Jeong Myeong-seok kembali dijerat kasus pelecehan seksual pada 2022. Ia dilaporkan dua korban pelecehan, yakni Maple Yip dan satu korban lainnya asal Australia.
Sebelumnya, Jeong Myeong-seok sudah dipenjara 10 tahun sejak 2008 karena kasus serupa, pelecehan seksual. Ia dipenjara setelah berulang kali kabur ke luar negeri.
Gugatan JMS pada awal Maret 2023 ditolak pengadilan. Hakim menilai MBC dan Netflix selaku rumah produksi membuat program tersebut berdasarkan sejumlah besar materi objektif dan subjektif yang mendukung klaimnya.
"Sulit untuk menilai sebagian besar dari program yang melibatkan JMS itu tidak benar, hanya berdasarkan materi yang disampaikan oleh kelompok tersebut," kata hakim.
Sehingga, In the Name of God: A Holy Betrayal pada akhirnya tayang. Kasus mengenai JMS dikupas dalam tiga episode pertama serial dokumenter itu.
Selain JMS, In the Name of God: A Holy Betrayal juga membongkar kasus dalam kultus dan sekte, seperti Odaeyang Church, Baby Garden, dan Manmin Central Church.