Star-Lord, Rocket, Nebula, Gamora, Drax, Groot, Mantis, bahkan Kraglin hingga Cosmo the Spacedog mendapat kesempatan untuk bersinar dengan pertaruhan masing-masing.
Namun di antara semua karakter, saya menilai Nebula punya perkembangan karakter paling apik. Ia berhasil bertransformasi dari robot android pembunuh menjadi makhluk yang lebih humanis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perubahan itu pun tidak terjadi secara tiba-tiba. Ia telah melewati berbagai peristiwa dan merasakan kehilangan, hingga akhirnya menemukan jati diri serta memahami arah hidup yang diinginkan.
Peran Teefs, Lylla, dan Floor sebagai tiga hewan yang menjadi subjek eksperimen sekaligus teman Rocket juga mencuri perhatian. Nasib malang yang mereka alami akhirnya menjelaskan masa kelam Rocket yang selama ini misterius.
GOTG Vol. 3 turut menjawab penantian panjang fan akan kemunculan Adam Warlock. Makhluk super yang ikonis itu akhirnya muncul dengan desain karakter dan visual yang tak mengecewakan.
Will Poulter juga berhasil membawa Adam Warlock menjadi karakter yang cukup menjanjikan. Namun, saya tak terlalu puas dengan screen time yang didapat Warlock meski ini baru kemunculan perdana.
Meski begitu, saya tetap menganggap GOTG Vol. 3 menjadi salah satu penutup trilogi terbaik di MCU. Saya juga tidak bisa mengabaikan sentuhan musik yang sudah menjadi ciri khas saga Guardians.
Setelah mengeksplorasi musik yang didominasi era '70-an untuk dua film pertama, GOTG Vol. 3 menyelipkan lagu-lagu dengan jangkauan era hingga 2000-an.
Sebut saja Crazy on You milik Heart, single hit Earth, Wind, & Fire berjudul Reasons, hingga No Sleep Till Brooklyn yang dibawakan Beastie Boys atau We Care A Lot milik Faith No More.
Kurasi tersebut semakin sempurna karena penempatan lagu yang mendukung adegan maupun emosi yang berusaha ditunjukkan.
Salah satu yang paling berkesan tentu adegan menuju puncak ketika Geng Guardians berhadapan dengan tentara High Evolutionary. Adegan itu memiliki komposisi yang lengkap, mulai dari visual, koreografi, hingga musik yang mengalun di latar.
Sekuens tersebut juga menjadi bukti bahwa James Gunn memiliki sentuhan unik yang begitu menonjol dibanding film-film MCU garapan sutradara lainnya.
Segudang pengalaman manis usai menonton Guardians of the Galaxy Vol. 3 menunjukkan bahwa film ini berhasil menutup saga Guardians dengan indah. Bahkan, saya rasa tak berlebihan jika trilogi ini menjadi salah satu yang terbaik dari MCU.
Di sisi lain, saga GOTG juga menjadi warisan berkesan dari James Gunn yang telah hijrah menjadi co-CEO DC Studios. Dengan rekam jejak ini, kiprah Gunn bersama DC Studios kelak menjadi layak dinanti.
Visi brilian James Gunn lewat Guardians of the Galaxy juga dapat diartikan sebagai isyarat bahwa DC Studios di bawah kendalinya berpotensi 'mendobrak' kemapanan Marvel Studios di industri film superhero.
(end)