Jakarta, CNN Indonesia --
Ada dua hal yang saya renungkan usai keluar dari bioskop menonton The Litttle Mermaid. Pertama, film live-action The Little Mermaid ternyata tidak seburuk yang saya ekspektasikan.
Kedua, sepertinya Disney sengaja membuat bad marketing untuk film tersebut.
Sejak awal pengumuman jajaran pemain The Little Mermaid versi live-action, cibiran demi cibiran dimuntahkan oleh netizen di jagat maya. Salah satunya kepada Halle Bailey yang dipercaya oleh sutradara Rob Marshall untuk memerankan Ariel sang putri duyung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Celaan itu, yang tidak jarang bernada rasisme, utamanya karena tampilan fisik Halle Bailey sama sekali tidak mirip dengan Ariel versi film animasi yang memiliki paras kulit putih dan berambut merah. Bailey berkulit gelap, rambutnya dibuat dreadlocks dan berwarna oranye kecokelatan.
Saya yakinkan bahwa semua keraguan itu bakal terbayarkan ketika penonton mendengarkan Halle Bailey menyanyikan Part of Your World, salah satu lagu orisinal Disney yang dicintai banyak orang. Suaranya yang tidak kalah megah dari Jodi Benson yang mengisi suara Ariel versi animasi dulu.
 Ariel (Halle Bailey) dan Eric (Jonah Hauer-King) di The Little Mermaid. (DISNEY/Disney) |
Akting Bailey bahkan bisa dibilang di atas rata-rata --mengingat dia termasuk aktris pendatang baru-- sehingga pantas mendapatkan gelar Disney princess versi live-action.
Netizen pun ikut mencibir Jonah Hauer-King karena wajahnya "jelek" sebagai Pangeran Eric. Lagi-lagi saya mesti mengatakan bahwa Hauer-King menurut penilaian saya masih "tampan" sebagai seorang pangeran, ketika akhirnya melihatnya beraksi di layar lebar.
Apresiasi mesti diberikan kepada David Magee sebagai penulis skenario The Little Mermaid karena memberikan dimensi bagi Eric. Sang pangeran tidak lagi menjadi karakter dua dimensi kopong layaknya versi animasi.
Oleh Magee, Eric diberikan kisah latar belakang tentang kehidupannya dan alasan yang membuat Ariel jatuh hati kepadanya. Begitu pula dengan Eric yang tidak serta merta jatuh hati kepada Ariel dari ruang kosong.
Sayangnya lagu solo Eric yang dibuat oleh Alan Menken dan Lin-Manuel Miranda, berjudul Uncharted Waters, tidak "mengena" sama sekali. Lagu tersebut menghilang begitu saja dari benak saya.
[Gambas:Video CNN]
Lanjut ke sebelah...
Tampaknya kekuatan Miranda memang tidak pada lagu ballad, tapi tetap di lagu rap. Karena, dibanding Uncharted Waters, lagu The Scuttlebutt yang dinyanyikan oleh Awkwafina dan Daveed Diggs ternyata lebih bagus.
Lagu The Scuttlebutt menjadi lagu tambahan ketika Ariel mendapatkan kabar bahwa Eric akan melamar seorang perempuan.
Di situlah Lin-Manuel Miranda bersinar. Miranda membuktikan bahwa ia masih bisa membuat lagu rap dengan lirik yang super padat. Lagu tersebut berhasil menghibur berkat Awkwafina dan Diggs sebagai Scuttle dan Sebastian yang bawel.
Omong-omong soal Scuttle dan Sebastian, tentu Flounder tidak dilupakan menjadi bagian dari sahabat Ariel. Ketiganya menjadi triple threat yang patut diperhitungkan karena diberikan porsi yang pas dan pos tugasnya masing-masing.
Sedangkan Javier Bardem dan Melissa McCarthy juga membuktikan menjadi hasil casting yang tepat saat memerankan Raja Triton dan Ursula.
Jika ada satu yang luput dari penulisan skenario Magee, maka adalah ketika ia menuliskan kisah latar belakang Triton, Ursula, dan ibunda Eric.
 Ariel dengan para sahabatnya, Scuttle (Awkwafina) dan Flounder (Jacob Tremblay). (Disney) |
Mungkin saya sudah terlalu terbiasa dengan film live-action hasil remake dari film klasik Disney. Hasil film-film remake itu cenderung selalu memiliki kisah sempalan yang tidak ada dari versi animasi. Dalam beberapa film mungkin berhasil, tapi ada juga yang gagal.
Sehingga, ketika menonton The Little Mermaid versi live-action, saya sudah keburu punya harapan bakal ada plot twist atau cerita yang agak menyimpang dari aslinya.
Cerita dalam film live-action-nya memang dikembangkan, tapi hanya sedikit. Padahal hal tersebut bisa digali lebih dalam jika mereka ingin, dan sebenarnya layak untuk dikembangkan karena menurut saya ceritanya menjadi agak menggantung di akhir.
Mungkin karena tidak ingin mengecewakan penonton, Magee pun berhenti sampai di titik tertentu agar tetap setia dengan film orisinalnya.
Saya sangat menyayangkan promosi The Little Mermaid versi live-action ini buruk. Karena, setelah menonton filmnya, ternyata saya senang dan puas-puas saja.
Atau jangan-jangan Disney sengaja memberikan bad marketing agar selalu menjadi buah bibir publik? Sehingga, saat filmnya tayang, itu menjadi ajang pembuktian dari para filmmaker-nya kepada khalayak.
"Tuh, filmnya tidak seburuk itu kan?" Siapa tahu.
[Gambas:Youtube]