Jakarta, CNN Indonesia --
Pangeran Harry menyerahkan sejumlah bukti saat menghadiri sidang di Pengadilan Tinggi London pada Selasa (6/6) waktu Inggris.
Suami Meghan Markle itu menggugat tabloid Inggris soal peretasan telepon genggam dan sejumlah aktivitas melanggar hukum lainnya.
Ia bersama 100 orang lainnya menggugat Mirror Group Newspapers (MGN), penerbit Daily Mirror, Sunday Mirror, dan Sunday People, atas tuduhan pelanggaran yang meluas antara tahun 1991 dan 2011.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangeran Harry menjadi anggota Kerajaan Inggris pertama yang menghadiri persidangan untuk menyerahkan bukti dalam 130 tahun terakhir.
Berdasarkan dokumen yang didapatkan New York Times yang dikutip Page Six, Harry memberikan dokumen tertulis yang beberapa di antaranya berisi soal tudingan kepada tabloid Inggris karena membuatnya putus dengan mantan pacar, hingga soal rumor soal ayah kandungnya.
Berikut poin-poin penting bukti yang diserahkan oleh Pangeran Harry.
[Gambas:Video CNN]
1. Jadi target putus cinta
Pangeran Harry menuding tabloid Inggris selalu berupaya membuatnya putus dengan kekasihnya di masa lalu.
"Setiap kali saya pacaran, mereka sangat ingin memberitakan detailnya, tapi dengan sangat cepat, berusaha untuk memutuskannya dengan memberikan tekanan sebanyak mungkin," kata Harry seperti diberitakan ET, Selasa (6/6).
"Saya benar-benar tidak mengerti bagaimana detail hubungan pribadi saya, bisa ada hubungannya dengan kesejahteraan masyarakat atau menjalankan negara dan menjadi kepentingan publik," lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Harry menyinggung dugaan peretasan telepon yang membuatnya paranoid terhadap semua orang dan sangat berdampak dalam hubungannya. Ia secara khusus membahas situasi dengan mantan kekasihnya, Chelsy Davy.
2. Mengaku sempat genit
Pangeran Harry mengakui sempat membuat kesalahan di masa lalu ketika ia masih pacaran dengan Chelsy Davy.
Duke of Sussex itu tidak menjelaskan secara detail kesalahan yang dibuat, namun tampakna tertuju pada dua artikel dari Daily Mirror pada 2005 silam yang melaporkan Harry genit dengan seorang perempuan berambut cokelat. Saat itu, Davy disebut sedang keluar kota.
"Saya pernah bersikap tidak dewasa. Saya tidak memikirkan kelakuan saya dan membuat keputusan yang bodoh-dan kesalahan saya dipermainkan di depan umum," jelas Harry dalam pernyataan tertulis itu.
Lanjut ke sebelah...
3. Rumor Raja Charles III bukan ayah kandung
Pangeran Harry mengecam MGN karena membuat rumor soal ayah kandung aslinya. Penerbit tabloid Inggris itu menuding Harry merupakan anak kandung dari James Hewitt, bukan Raja Charles III.
Nama Hewitt muncul karena sempat menjadi mantan kekasih mendiang Putri Diana. Namun, Harry membantah rumor itu karena linimasa hubungan ibunya dengan Hewitt tidak cocok dengan tahun kelahirannya.
"Saat artikel dan lain-lainnya yang mirip [terbit], saya sebenarnya belum sadar bahwa ibu saya belum bertemu dengan Mayor Hewitt hingga setelah saya lahir," tulis Harry.
"Linimasanya baru saya pelajari pada 2014, meskipun kini saya memahami bahwa ini menjadi pengetahuan umum di antara para jurnalis tergugat," lanjutnya.
[Gambas:Video CNN]
4. Metode liputan yang tidak layak
Rumor tentang ayah kandung aslinya itu membuat Harry menuduh penulis artikel tersebut, bernama Dean Rousewell, menggunakan metode pengumpulan informasi yang melanggar hukum.
Duke of Sussex itu mengklaim Rousewell pernah berencana untuk mencuri sampel rambut Harry untuk menjalani tes paternitas.
"Saat itu, ketika saya berusia 18 tahun dan kehilangan ibu saya enam tahun sebelumnya, cerita-cerita seperti ini sangat merusak dan terasa nyata bagi saya," ujar Harry.
"[Artikel-artikel] itu sangat menyakitkan, keji, dan jahat," imbuhnya. "Saya selalu bertanya-tanya motif di balik cerita itu. Apakah tabloid itu suka membuat publik ragu sehingga aku bisa terusir dari Keluarga Kerajaan?"
5. Stigma "penyakit ciuman"
Pangeran Harry pernah tertular demam glandular atau juga dikenal sebagai "penyakit ciuman". Penyakitnya itu kemudian menjadi headline di tabloid Inggris.
Tersebarnya kabar ini membuat Harry terkena stigma dari orang-orang di sekitarnya, termasuk teman-teman di sekolahnya. Ia kerap menjadi bahan tertawaan oleh teman-temannya.
"Dampaknya padaku sangat besar," kata Harry. "[Saya] tidak yakin bagaimana orang-orang di luar keluarga inti mengetahui hal ini."
"Seluruh isi sekolah tampaknya tahu, tidak ada yang mau dekat-dekat denganku, dan aku menjadi bahan tawaan. Saya menderita," sambungnya.