Ironisnya, ketika Transformers 7 memberikan asupan budaya era kegemilangan tren musik '90-an kepada anak-anak zaman sekarang, film ini juga memberikan contoh peradaban manusia yang barbar.
Seperti selayaknya unsur film laga Hollywood lainnya, sederet adegan tembak-menembak dan pertarungan hebat terus digelontorkan nyaris sepanjang film. Maka tak heran, senjata sudah bagai 'nasi' bagi warga Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, dari segi penulisan cerita, karya Joby Harold dan kawan-kawan ini sebenarnya tidak bisa dibilang buruk bila disandingkan dengan film-film pemakai dominan CGI lainnya.
Sebagai sekuel sekaligus prekuel dari seluruh film Transformers yang telah tayang, Rise of Beasts menawarkan rajutan cerita yang cukup kompleks. Namun sekali lagi, hanya tertuju untuk penonton anak-anak.
Namun bagi saya, mustahil rasanya menempatkan garis cerita Rise of the Beasts sebagai sisi positif bagi film ini.
![]() |
Dengan kumpulan para pemeran seperti Anthony Ramos, Dominique Fishback, Peter Cullen, Ron Perlman, hingga Peter Dinklage, Michelle Yeoh, dan Pete Davidson, dialog yang tercipta di Rise of the Beasts sebenarnya seperti kehilangan arah.
Celetukan candaan yang dilontarkan Davidson maupun Perlman melalui karakter-karakter barunya itu tidaklah membantu. Bahkan terkesan terlalu memaksa untuk melemaskan ketegangan, di saat ketegangan yang ada juga tidak masuk nalar.
Tidak akan ada penonton yang ingin berpuas diri menikmati kisah berakarkan masalah alien kejam penguasa alam semesta, kecuali memang penggemar berat kisah fiksi-ilmiah awam macam waralaba ini.
Bagi orang dewasa yang selalu ingin bernostalgia dan membangkitkan sisi anak kecilnya, Transformers: Rise of the Beasts jelas mengakomodir kebutuhan tersebut.
Selain itu, film ini pun jadi wadah promosi gemilang untuk Hasbro Studios yang memayungi waralaba Transformers untuk menarik para penonton setia waralaba ini yang sudah dewasa.
Secara keseluruhan, Transformers: Rise of the Beasts jadi pilihan tepat untuk tontonan ringan dengan kesederhanaan cerita yang benar-benar tidak kaya. Meski begitu, film ini bisa jadi wadah nostalgia sekaligus membiarkan anak-anak melihat bagaimana imajinasi para robot bertarung menjadi 'nyata'.