Jakarta, CNN Indonesia --
Kiprah aespa di industri musik mungkin masih terbilang belia. Namun, hal itu tak membendung energi mereka saat melakoni debut konser di Indonesia bertajuk aespa LIVE TOUR 2023 'SYNK: HYPER LINE' in Jakarta.
Lawatan perdana Karina, Giselle, Winter, dan Ningning pada Sabtu (24/6) siang itu bertempat di ICE Serpong, venue langganan idol naungan SM Entertainment ketika manggung di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski memakai lokasi yang sama, aespa tetap punya warna baru dibanding aksi terdahulu seniornya di situ. Perbedaan itu terasa sejak kaki saya melangkah masuk ke area konser di Hall 10 tersebut.
Layout panggung yang dibangun sesungguhnya masih serupa dengan konser grup idol SM lainnya. Namun, Dyandra Global selaku promotor terlihat merancang desain baru untuk layar LED panggung sehingga memicu rasa penasaran saya.
Setelah menunggu beberapa menit, penantian saya dan ribuan fan alias MY Indonesia mulai terjawab. Tepat pada pukul 14.45 WIB, teriakan fan menggema menyaksikan keempat member berada di atas panggung.
Karina, Giselle, Winter, dan Ningning muncul memakai kostum berwarna putih dengan motif payet berkilau. Mereka langsung menggebrak dengan membawakan Girls dan aenergy sebagai lagu pembuka.
 Karina, Giselle, Winter, dan Ningning muncul memakai kostum berwarna putih dengan motif payet berkilau. Mereka langsung menggebrak dengan membawakan Girls dan aenergy sebagai lagu pembuka. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL) |
Dua judul lagu itu benar-benar menggambarkan aksi aespa di atas panggung. Keempat perempuan itu bernyanyi dan menari dengan penuh energi.
Di sisi lain, ribuan MY Indonesia mengimbangi performa aespa sejak awal pertunjukan. Arena konser itu bergetar karena pekik teriakan tanpa henti dari lautan MY yang membiru berkat pendar ratusan lightstick.
Penampilan itu juga bak angin segar, karena konsep bertema futuristis yang diusung aespa. Sentuhan semacam itu tergolong autentik karena beda dari konsep-konsep grup lain.
Mereka menerjemahkan elemen futuristis itu dengan berbagai hal, terutama suguhan visual di layar panggung yang mencuri perhatian.
Motion art yang muncul di layar itu sekaligus menjawab rasa penasaran saya sebelum pertunjukan. Desain LED terbaru itu sangat membantu aespa dalam menyampaikan ciri khas dari pertunjukan girl group tersebut.
Sembilan layar dengan berbagai ukuran itu dimanfaatkan secara optimal, mulai dari menampilkan visualisasi setiap lagu hingga menangkap ekspresi mereka secara lebih dekat.
aespa juga beberapa kali memamerkan unsur futuristis tersebut, seperti saat avatar masing-masing member muncul di layar dan seolah ikut beraksi di metaverse. Avatar itu digarap sedemikian rupa sehingga sinkron dengan koreografi yang dibawakan para member.
Atraksi visual itu juga menjadi elemen penting dalam mendukung gaya musik aespa yang kental dengan nuansa hyperpop. Energi konser tersebut semakin lengkap dengan ledakan kembang api serta sorotan laser ke berbagai penjuru.
Namun sayangnya, saya beberapa kali merasa kurang nyaman dengan kualitas audio yang kadang terdengar sember karena terlalu keras. Hal ini perlu menjadi catatan penting ketika konser digelar di venue indoor dengan luas terbatas.
Lanjut ke sebelah...
Meski demikian, catatan itu tidak mengurangi antusiasme penggemar. Performa aespa juga tetap konsisten saat lagu-lagu berikutnya dibawakan, seperti I'll Make You Cry, Savage, Illusion, Lucid Dream, hingga Thirsty.
aespa juga tak keder memamerkan kemampuan vokal, seperti saat menyanyikan beberapa lagu dengan mic menyala. Aksi itu membuktikan bahwa kuartet itu mampu bernyanyi secara stabil sepanjang lagu, termasuk pada nada-nada tinggi.
Selain membawakan lagu dari tiga EP yang sudah dirilis, setiap member mendapat kesempatan untuk tampil secara solo.
Karina menyanyikan single berjudul Menagerie, Winter membawakan Lips, Giselle dengan 2Hot4U, sementara Ningning melantunkan Wake Up.
Penampilan solo itu menjadi ajang member menegaskan persona dan karakter masing-masing, seperti Karina dan Giselle dengan kemampuan rap serta dance yang elegan, hingga kapasitas vokal mumpuni Winter dan Ningning.
Sebuah konser Kpop tentu tak lengkap tanpa interaksi member dengan penggemar di sela-sela pertunjukan. Jika dibandingkan pertunjukan idol group lainnya, aespa relatif tidak meluangkan banyak waktu untuk bertegur sapa dengan MY Indonesia.
 aespa melakoni debut konser di Indonesia bertajuk aespa LIVE TOUR 2023 'SYNK: HYPER LINE' in Jakarta, Sabtu (24/6) di ICE BSD. (CNN Indonesia/Muhammad Feraldi) |
Saya sempat menyayangkan karena sesi bincang-bincang kerap sebenarnya jadi ajang membangun chemistry dengan fan. Interaksi itu juga kerap melahirkan momen spesial yang akan melekat dalam benak penonton.
Namun, aespa terlihat punya caranya sendiri dalam membangun intimasi dengan penonton. Salah satu yang dapat saya tangkap adalah kemampuan mereka mengendalikan euforia penonton.
Lagu-lagu bertempo upbeat yang dibawakan tanpa banyak jeda terbukti mampu menjaga gairah fan sehingga tetap prima. Hal itu juga semakin terbantu dengan stage presence keempat idol yang begitu dominan.
Karina, Giselle, Winter, dan Ningning terlihat memiliki daya tarik masing-masing yang khas dan saling menonjol, sehingga bisa merengkuh semua kalangan penggemar.
Luapan energi aespa menembus batas ketika lagu-lagu hit girl group itu menggelora. Sebut saja Spicy yang baru pertama kali dibawakan sepanjang tur dunia aespa, Salty & Sweet, Black Mamba, hingga Next Level.
Arena panggung itu bergetar imbas suara aespa dan penonton yang saling bersahutan. Mereka juga tak ragu untuk berjingkrak-jingkrak, terutama setelah dipandu oleh Giselle serta member lainnya.
Perjumpaan perdana aespa dan MY Indonesia berakhir dengan dua lagu encore berjudul Till We Meet Again dan ICU. Mereka menutup konser itu dengan manis serta meninggalkan kesan yang memuaskan.
Rasa puas itu juga diungkapkan sejumlah fan yang membanjiri media sosial dengan komentar positif hingga foto dan cuplikan video. Testimoni apik itu membuktikan aespa sudah punya taji untuk menjadi salah satu unggulan di industri.
Namun, hemat saya, ujian sebenarnya baru akan muncul ketika aespa melakoni rentetan tur ke berbagai belahan dunia setelah menyambangi Indonesia. Konsistensi mereka akan benar-benar teruji karena tur dunia perdana ini tentu bakal menguras banyak stamina.
Apabila berhasil melewati tantangan itu, rasanya bukan hal yang mustahil jika beberapa tahun ke depan aespa kembali datang ke Indonesia untuk konser di venue yang jauh lebih besar dengan panggung lebih megah.