Sejumlah penggemar Taylor Swift di Indonesia mengaku menjadi korban penipuan tiket konser The Eras Tour di Singapura yang dijual di media sosial.
Tak lama setelah penjualan tiket konser Taylor Swift di Singapura berlangsung pada 5 dan 7 Juli 2023, sejumlah tawaran tiket konser seliweran dengan model penjualan "want to sell" alias WTS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Model penjualan 'WTS' akrab di kalangan penggemar konser. Biasanya penjual adalah mereka yang membeli tiket secara lebih untuk kemudian dijual kembali, atau mereka yang menjual tiketnya karena berhalangan hadir.
Namun model ini kerap menjadi jalan pembuka penggemar terkena penipuan. Pihak promotor dan platform penjualan pun sudah mengingatkan bahaya penipuan di luar tiket yang dijual di loket resmi.
Salah satu yang mengalami penipuan model WTS tiket Taylor Swift Singapura bernama Lala. Ia bercerita bahwa pembelian tiket tersebut dilakukan melalui fitur DM Twitter.
Kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/7), Lala mengaku buru-buru membeli tiket karena khawatir tak bisa menyaksikan sang idola yang kali ini hanya menyambangi Singapura untuk kawasan Asia Tenggara.
Di sisi lain, Lala menyebut sang pelaku memanfaatkan fan Taylor Swift alias Swifties yang tengah panic buying. Salah satunya dengan memberi tahu bahwa tiketnya terbatas sehingga harus segera membeli.
Pada saat war ticket, fan yang sungguh-sungguh ingin menonton konser kerap berada dalam tekanan psikologis karena kuota tiket yang tak sebanding dengan pemburunya.
Sehingga kerap kali, fan tak bisa berpikir jernih dan akan memanfaatkan peluang apapun untuk mendapatkan tiket.
Lala menyebut pelaku yang disebut memiliki sejumlah akun Twitter itu juga sempat mengirim kartu identitas untuk menambah rasa percaya.
"Dia memanfaatkan Swifties yang panic buying dan kasih informasi kalau tiketnya terbatas cuma sisa dua," tutur Lala. "Kayak ngeburu-buru begitu, katanya banyak yang tanya juga jadi harus cepat-cepat transfer,"
"Bahkan, dia juga berani kirim KTP, kami jadi percaya. Terus setelah transfer pun dia masih balas buat kasih info kalau tiketnya akan segera diproses," katanya.
Namun belum genap satu jam usai Lala membayar, terduga pelaku memblokir akun media sosial dan nomor telepon hingga menghapus semua pesan.
Lala juga tak bisa mencari tahu identitas pelaku karena nomor pelaku sulit ditelusuri. Ia pun mengaku harus merelakan uang sebesar Rp3,9 juta imbas penipuan itu.
Lanjut ke sebelah...