Kembali ke Masa Lalu dalam Speak Now (Taylor's Version)
Perilisan Speak Now (Taylor's Version) menyadarkan saya satu hal, merekam ulang album dan lagu bukan hanya sekadar cara Taylor Swift merebut kembali kepemilikan karyanya tetapi juga memperbaiki 'masa lalu'.
Hal itu terlihat dari bagaimana Taylor bukan hanya memperbaiki kualitas lagu-lagu yang sudah pernah ia rilis belasan tahun lalu baik secara vokal dan instrumental, seperti pada Fearless (Taylor's Version) dan Red (Taylor's Version) yang rilis 2021.
Lihat Juga : |
Dalam Speak Now (Taylor's Version), Swift bahkan mengganti lirik kontroversial lagu Better Than Revenge yang semula dianggap sebagai "slut-shaming".
Lirik "She's better known for the things that she does on the mattress" yang kontroversial kini dalam versi Taylor's Version berganti menjadi "He was a moth to the flame, she was holding the matches".
Saya harus mengakui bahwa keputusan Taylor Swift ini membuktikan kapasitasnya sebagai seorang penulis lagu sekaligus "pemilik asli" dari lagu ini.
Hal itu karena hanyalah seorang kreator sejati yang mampu mengenali dengan baik karyanya. Apalagi, album ini adalah album ikonis Swift karena satu-satunya album dengan seluruh musiknya ditulis solo oleh Swift.
Perubahan lirik itu sebenarnya langkah sederhana tapi bermakna besar. Taylor Swift mengubah lirik dari dirinya saat usia 18 tahun yang frontal dan judgemental menjadi lebih metaforis dan puitis meski pada dasarnya bermakna serupa.
Dampaknya, perubahan lagu itu menaikkan 'kelas' sosok perempuan yang terluka karena pengkhianatan yang jadi sudut pandang utama dalam lagu ini. Ia tak perlu menjadi perempuan 'gila' yang menghina sesama perempuan hanya karena pacarnya selingkuh.
Terkesan feminisme? Mungkin saja. Namun tindakan Swift ini membuat saya merefleksikan kembali bagaimana ia merekam ulang album-albumnya yang dijual oleh Scott Borchetta ke Scooter Braun pada 2019.
Pada Red (Taylor's Version) yang rilis pada 2021, saya ingat bagaimana Swift mengubah aransemen musik dari lagu Girl At Home. Dari lagu yang sangat country pada versi 2012 itu menjadi sangat pop dan bernuansa electronic di versi rekam ulang 2021.
Hal itu tak terjadi saat Swift merilis Fearless (Taylor's Version) beberapa bulan sebelumnya. Di album country itu, Swift benar-benar terdengar membuat ulang album Fearless sepersis mungkin meski tetap terasa perbedaan dari segi vokal dan musik.
Pada Red (Taylor's Version), pemaknaan rekam ulang semakin melebar dari yang hanya untuk membuat "salinan" menjadi menggarap ulang sesuai versi yang dikehendaki. Sementara kini, Swift semakin jauh melangkah dengan "memperbaiki" yang pernah dirilis.
Hal inilah yang membuat nilai album rekam ulang Swift sebenarnya jadi lebih menarik. Album-album rekam ulang ini bisa terasa seperti album yang baru dengan lagu dan musik yang sama seperti versi aslinya, tapi dalam versi yang lebih baik.
Ini pun memperluas peluang Swift untuk makin mengeksplorasi dalam penggarapan ulang album-album lawasnya. Apalagi, ia masih "menyimpan" dua album pop yang paling dinanti penggemar fanatiknya: reputation dan 1989.
Dengan dukungan fan loyal yang mampu membuat Swift menjebol berbagai capaian streaming dan penjualan album melalui "versi baru" dari album lawas, jelas album rekam ulang alias Taylor's Version adalah karma pahit bagi Scott Borchetta dan Scooter Braun.
Lanjut ke sebelah...