TILIKAN

Cowok Kok (Insecure) Nonton Barbie?

CNN Indonesia
Minggu, 30 Jul 2023 16:16 WIB
Di antara banyak perbincangan soal Barbie, ada penilaian miring dari para lelaki akan film yang dianggap feminis itu. Apakah itu valid?
Di antara banyak perbincangan soal Barbie, ada penilaian miring dari para lelaki akan film yang dianggap feminis itu. (Warner Bros. Pictures via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Artikel ini mengandung spoiler/beberan...

Mulai dari jelang rilis hingga sepekan lebih penayangan, Barbie sukses jadi buah bibir. Mulai dari penasaran bagaimana kisah boneka ikonis itu akan ditampilkan, hingga kaget dengan materi sosial yang diangkat Greta Gerwig.

Buah bibir itu termasuk bagaimana Barbie dipandang oleh masing-masing gender penonton. Pandangan-pandangan itu tersebar di media sosial, baik dari Indonesia hingga di Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi penonton perempuan, banyak dari mereka yang merasa nostalgia, terharu, bahkan merasa terwakili dengan banyak adegan dan dialog di dalam Barbie.

Sementara itu bagi penonton laki-laki, sebagian merasa terhibur dan melihat Barbie sebagai materi hiburan menyenangkan. Namun tak sedikit yang memberikan pandangan miring bahkan menilai sebagai propaganda feminisme.

Hal itu terlihat mulai dari cerita para perempuan yang mengaku pacarnya enggan diajak tonton bareng Barbie karena menilai film itu "bikin cewek merasa enggak butuh cowok" atau omongan "cowok kok nonton Barbie".



Pengamat perfilman dan budaya populer Hikmat Darmawan menilai justru penilaian-penilaian miring terhadap Barbie dari segelintir kaum Adam membuktikan bahwa isu yang diangkat Greta Gerwig benar adanya.

Dalam Barbie, Greta menampilkan dengan kuat bagaimana gagasan patriarki yang diimpor Ken dari dunia nyata mengubah Barbieland. Para Barbie yang semula mampu menjadi apapun, malah jadi tak lebih dari pendamping Ken.

"Itu yang sekarang di media sosial di dalam dan luar negeri, itu toxic masculinity, sesuatu yang basi tapi bangkit lagi," kata Hikmat. "Apakah relasi karena harus butuh cowok atau kalaupun enggak dibutuhkan, ya terus kenapa? Itu persis isunya,"

"Kalau mereka insecure karena itu [film Barbie], justru mereka membuktikan isu di film Barbie itu benar dong," kata Hikmat.







Berkebalikan dengan omongan miring di media sosial itu, film Barbie sebenarnya tidak sepenuhnya menggambarkan "cewek enggak butuh cowok".

Kesan miring itu mungkin muncul dari bagian awal ketika cerita berpusat pada Barbieland, ketika seluruh Barbie 'menguasai' dunia itu sementara para Ken hanya sibuk cari perhatian para Barbie.

Greta dan Noah Baumbach selaku penulis membalikkan kondisi saat Beach Ken (Ryan Gosling) pulang sendirian ke Barbieland dari dunia nyata dengan membawa pemahaman patriarki. Ken dan kaumnya kemudian 'menguasai' dunia fantasi itu.

Cerita lalu menuju keseimbangan gender saat Stereotypical Barbie (Margot Robbie) tersadarkan oleh monolog memukau dari Gloria yang diperankan oleh America Ferrera. Monolog itu berisi bagaimana rumitnya menjadi seorang perempuan dalam dunia nyata.

Dari sana, satu per satu Barbie kemudian memahami bahwa dunia mereka harus kembali direbut. Namun yang menarik, Stereotypical Barbie menyadari bahwa kemenangan para Barbie merebut kembali Barbieland dari kaum Ken tidaklah menyelesaikan masalah.



"Jika dibilang bahwa kisah film Barbie ini membuat cewek enggak butuh cowok, saya justru memiliki pandangan yang berbeda," kata produser film yang juga aktivis gender, Tunggal Pawestri, saat berkorespondensi dalam kesempatan terpisah.

"Saya malah melihat bahwa Barbie pada akhirnya harus mengakui bahwa tidak boleh hanya satu gender saja yang 'mengendalikan' semuanya," lanjutnya.

"Bahkan di dunia fantasi [Barbieland], cowok (Ken) harus dilibatkan lebih aktif dalam kehidupannya, terutama saat Barbie pada akhirnya juga setuju untuk tidak lagi melulu membuat girl's night party, 'not every night has to be girls' night'." katanya mengutip dialog dalam film itu.

Selain itu, Greta juga menampilkan bagaimana nilai feminisme yang dibawa para Barbie dengan pemahaman versi baru ini 'membebaskan' Ken dari maskulinitas toksik yang mencegah mereka menjadi dirinya sendiri.

Dalam sebuah percakapan, Stereotypical Barbie mendorong bahwa sudah waktunya Ken untuk mencari makna dirinya dan bukan hanya semata untuk menemani Barbie. Dengan kata lain, Ken is not 'just Ken'.

Lanjut ke sebelah...

[Gambas:Video CNN]



'Menyalahkan Semua Hal ke Feminisme'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER