Potensi persona Benson Boone dan musiknya yang ear-candy menjadi tak optimal saat ia manggung di gedung lawas Jakarta yang kaku dan jauh dari kesan anak muda yang menjadi pasar musisi itu di TikTok.
Konser Benson Boone di Pos Bloc Cultural Hall pada Selasa (8/8) jelas bukan pertunjukan terbaik. Apalagi ia baru pertama kali naik panggung di Jakarta, setelah mendulang penggemar berkat lagunya yang viral di media sosial.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya pribadi meragukan penampilan Benson di gedung peninggalan kolonial--yang belum punya kapasitas mumpuni secara akustik--bisa mendulang untung, baik secara bisnis atau artistik.
Lokasi Pos Bloc memang di pusat Jakarta, tapi gedung tua itu baru saja dipugar dan disulap paksa menjadi pusat berkesenian anak muda. Hasilnya, aura kaku dan kikuk menyelimuti gedung ini.
Belum lagi soal jadwal pertunjukan Benson yang tak strategis. Memang ada banyak musisi yang mentas di tengah pekan, tapi bagi musisi 'kelahiran pandemi' macam Benson, itu sama saja cari perkara.
Angka pengikut media sosial yang menjadi modal Benson selama pandemi belum bisa menjamin pertunjukannya akan sukses. Hal itu pun terlihat dari malam konsernya di Jakarta.
![]() |
Penggemar yang masih terbatas pada golongan tertentu ditambah dengan harga tiket yang terbilang butuh merogoh kantong lebih dalam, membuahkan jumlah penonton yang hanya memenuhi bibir panggung.
Namun Benson terbilang beruntung karena penggemarnya di Indonesia cukup loyal dan tulus. Meski tak banyak, para penggemar tampaknya sadar betul akan potensi anak muda 20 tahunan tersebut.
Dengan lengkingan vokal beroktaf tinggi sebagai kekuatan utama, Benson mulai naik panggung sekitar pukul 20.30 WIB usai Coldiac sebagai band pembuka menuntaskan penampilan.
Penampilan Benson malam itu sungguh karismatik, seakan ia sudah sangat siap untuk tampil di pertunjukan berskala stadion di seluruh penjuru dunia.
Lihat Juga : |
Reaksi penonton tentu tak begitu jauh dengan Benson. Aura dan energi mereka tumpah ruah, bak mimpi jadi kenyataan karena lagu latar di beranda TikTok didendangkan oleh penyanyi aslinya di depan wajah mereka.
Sugar Sweet menjadi pilihan utama untuk membuka daftar lagu yang dibawakan oleh Benson malam itu, sebelum disambung dengan Room For 2 hingga Nights Like This.
Di atas panggung Pos Bloc Jakarta, Benson seakan tidak peduli pada kualitas akustik gedung itu yang amat buruk. Lagu demi lagu yang hilir mudik di laman TikTok bergantian dibawakan, seperti Before You, Let Me Go, What Was, dan Work of Art.
Dengungan feedback hingga bunyi sequencer yang over power agaknya tak jadi soal bagi Benson. Yang utama, ia dapat berinteraksi secara aktif dengan para penggemar di Indonesia.
![]() |
Begitu juga sebaliknya. Kehadiran Benson Boone yang ramah dan hangat pun cukup menjadi penawar kebahagiaan bagi 300-an orang penonton malam itu.
Sebagai seorang penampil, Boone memang memiliki seluruh perangkat yang ia perlukan untuk menggaet banyak penggemar, terutama di Indonesia. Teknik vokal yang prima, paras menarik, dan kemampuan berkomunikasi dengan audiens.
Bukan cuma itu. Benson juga berkali-kali memberikan bonus untuk menunjukkan betapa maskulin dan atletis dirinya di atas panggung. Ia berulang kali melakukan front flip layaknya Pierre-Emerick Aubameyang di tengah-tengah setnya.
Selain itu, menjelang akhir set, Benson juga aktif memanjat kerangka panggung seperti Ian MacKaye dan memberikan salam hormat bagi para penggemarnya di Indonesia. Saya memang sempat mengernyit, tapi ya namanya juga fan service.
Lihat Juga : |
Sebagai pendengar baru dan apakah akan mendengarnya lagi, saya harus mengakui Benson Boone adalah seorang penampil dan penyaji hiburan sejati.
Melalui katalog musik yang ear-candy, Benson sukses memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh penonton Indonesia: yang penting goyang dan have fun.
Jika Benson masih menerapkan formula yang sama, saya kira tidak akan sulit untuk menantikan jadwal pertunjukan Benson berikutnya di Jakarta atau kota-kota besar di Indonesia lainnya.
(end)