Review Film: Air Mata di Ujung Sajadah

Muhammad Feraldi Hifzurahman | CNN Indonesia
Sabtu, 30 Sep 2023 21:00 WIB
Review Air Mata di Ujung Sajadah: Ada 3 formula di balik capaian dua juta penonton film ini: drama keluarga, emosi ibu-anak, dan adegan tear-jerker tanpa henti.
Review Air Mata di Ujung Sajadah: Ada 3 formula di balik capaian dua juta penonton film ini: drama keluarga, emosi ibu-anak, dan adegan tear-jerker tanpa henti. (dok. Beehave Pictures)
img-title Endro Priherdityo
3
Ada tiga formula di balik capaian dua juta lebih penonton Air Mata di Ujung Sajadah: drama keluarga, emosi ibu-anak, dan adegan tearjerker tanpa henti.

Urusan penulisan yang matang ini tidak membuat saya heran ketika mendapati cerita produser Ronny Irawan yang mengatakan skenario Air Mata di Ujung Sajadah sudah digarap sejak 2017.

Pengakuan itu, bagi saya, seolah menjadi bukti bahwa naskah yang mumpuni nyaris selalu berasal dari hasil kerja yang tidak instan. Catatan ini patut diingat bagi siapa pun yang ingin melahirkan film dengan output cemerlang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kualitas skenario yang cukup baik itu dieksekusi dengan apik oleh para aktor. Titi Kamal dan Citra Kirana sebagai Aqilla dan Yumna menggambarkan isi hati seorang ibu secara meyakinkan.

Aktor cilik Faqih Alaydrus tidak mengecewakan ketika harus membangun chemistry dengan orang tuanya. Di sisi lain, Fedi Nuril juga berhasil menjadi magnet yang mengundang banyak penonton, mulai dari perindu akting hingga pendamba pesona sang aktor.

Namun, sesungguhnya ada beberapa catatan maupun kesan kurang memuaskan yang saya rasakan saat film diputar. Saya merasa kurang nyaman dengan alunan scoring musik yang diputar tak henti-henti sepanjang cerita.

Scoring dengan sentuhan orkestra itu mengisi hampir seluruh bagian cerita, terutama ketika adegan dramatis yang menguras emosi.

Air Mata di Ujung SajadahReview film Air Mata di Ujung Sajadah: Aktor cilik Faqih Alaydrus tidak mengecewakan ketika harus membangun chemistry dengan orang tuanya. (dok. Beehave Pictures)

Saya sampai mengira kebutuhan scoring yang ekstra ini ibarat jumpscare dalam film horor. Bedanya, jumpscare menghasilkan rasa kaget, sementara scoring mendayu-dayu melahirkan tangisan air mata penonton.

Penulis juga seolah terlalu berambisi menggarap dialog yang bergelimang kata mutiara. Sebagian besar kalimat dalam dialog Air Mata di Ujung Sajadah dikemas ala kutipan yang biasa ditemukan di mesin pencarian.

Menyelipkan kalimat dengan makna yang mendalam agar mudah dikenang sesungguhnya suatu hal lazim. Namun, pendekatan semacam itu justru menjadi hilang esensinya jika diterapkan untuk setiap dialog.

Saya malah menjadi bergidik ketika mendengar karakter tertentu mengucapkan kata-kata mutiara pada adegan biasa atau masih jauh dari fase klimaks.

Meski demikian, dua catatan itu rasanya hanya terkait perbedaan selera saja. Beberapa orang mungkin justru senang dengan eksekusi semacam itu, terbukti dengan reaksi positif dari kalangan penonton di media sosial.

Air Mata di Ujung Sajadah pada akhirnya juga berhasil menjadi kambing hitam sejati di tengah gempuran film horor yang merajai peringkat film terlaris 2023. Film ini sukses menjadi alternatif yang teruji dengan formula dan racikan matang tentunya.

[Gambas:Youtube]



(end)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER