Jakarta, CNN Indonesia --
Budi Pekerti menjadi film terbaru garapan sutradara peraih Piala FFI, Wregas Bhanuteja. Dalam film ini, Wregas mengangkat cerita yang terinspirasi dari dua fenomena sosial yang marak terjadi di internet, terutama selama pandemi Covid-19.
Ia menjelaskan inspirasi pertama berasal dari maraknya orang tua yang menjadi korban perundungan digital saat pandemi. Orang-orang itu, kata Wregas, ramai dihujat oleh netizen usai terekam sedang marah kepada seseorang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau teman-teman ingat, dua tahun lalu waktu pandemi itu sering viral di media tentang sosok ibu-ibu atau bapak-bapak yang terekam sedang marah," ujar Wregas Bhanuteja saat konferensi pers Budi Pekerti di kawasan Jakarta Pusat, Senin (30/10).
"Entah itu marah atau mengumpat, berkata kasar ke seorang kurir, seorang petugas, atau seorang karyawan. Video itu besoknya langsung jadi meme, jadi parodi, jadi animasi dan dihujat netizen," lanjutnya.
Wregas kemudian mengungkapkan kemarahan netizen itu kerap terjadi secara masif. Mereka juga tak segan mendesak orang dalam video itu untuk meminta maaf secara publik sehingga membuat kondisinya semakin tertekan.
Padahal, kehidupan orang-orang yang menjadi korban perundungan digital itu ikut terimbas. Wregas mengatakan ada banyak orang yang kehidupannya terganggu hingga harus pindah rumah atau tempat kerja setelah menjadi viral di media sosial.
"Tapi ternyata selain dari media sosial, kehidupan pribadi mereka juga terganggu. Ada yang enggak tahan karena tetangganya suka bully, ada yang jadi harus keluar dari tempat kerjanya karena karyawan enggak nyaman," jelas Wregas.
"Hal itu bagi saya cukup menggelisahkan karena netizen mudah sekali menghakimi seseorang dari video tanpa mencari tahu latar belakang dia marah itu kenapa," lanjutnya.
[Gambas:Video CNN]
Lanjut ke sebelah...
Sementara itu, inspirasi kedua di balik Budi Pekerti datang dari fenomena yang mirip. Wregas mengungkapkan belakangan ini internet juga kerap diramaikan dengan cerita tentang seorang guru yang memberi hukuman kepada siswa.
Hukuman itu kerap menimbulkan perdebatan yang tak jarang memicu amarah terhadap sang guru. Kondisi itu pun memberi dampak besar bagi guru, sehingga Wregas mengangkat itu menjadi cerita utama Budi Pekerti.
Sebab, film panjang kedua sang sutradara ini mengisahkan Bu Prani, seorang Guru BK yang menjadi korban perundungan digital setelah dirinya viral akibat sebuah potongan video.
"Yang kedua juga sering viral di media sosial guru-guru yang memberi hukuman kepada siswa," ujar Wregas.
"Ketika seorang guru memberi hukuman kepada siswa, terus kemudian ada yang merekam, misal potong poni, besoknya guru itu di-bully," lanjutnya.
Budi Pekerti mengisahkan seorang guru BK yang viral di media sosial usai berselisih dengan seorang pengunjung pasar. Video perselisihan itu tersebar hingga menyebabkan guru tersebut dihujat warganet.
Ia mengalami perundungan digital karena dianggap tidak mencerminkan pribadi seorang guru, bahkan hingga dicari kesalahan lain yang membuatnya terancam kehilangan pekerjaan.
FIlm Budi Pekerti dibintangi Sha Ine Febriyanti sebagai guru BK bernama Prani. Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, dan Dwi Sasono juga bergabung dalam pemeran utama film tersebut.
Selain itu, Budi Pekerti juga menampilkan Ari Lesmana dan Omara Esteghlal sebagai pemeran pendukung yang ikut terlibat dalam cerita Prani menghadapi perundungan di media sosial.
Budi Pekerti sebelumnya tayang perdana secara global di TIFF 2023 yang digelar pada 7-17 September 2023. Film itu tayang dengan judul internasional Andragogy.
Film ini juga menjadi film dengan perolehan nominasi Piala Citra FFI 2023 terbanyak, yaitu 17 nominasi termasuk untuk kategori utama, Film Cerita Panjang Terbaik.
Budi Pekerti tayang di bioskop mulai 2 November.
[Gambas:Youtube]