Jakarta, CNN Indonesia --
Tidak berlebihan rasanya jika pencinta anime menobatkan Attack on Titan sebagai The Greatest of All Time (GOAT). Kisah karya Hajime Isayama ini benar-benar ditutup dengan paripurna tanpa cela.
Ketika menonton Attack on Titan Season Finale Part 4, saya sempat lupa episode pemungkas ini digarap oleh studio MAPPA. Itu karena adegan-adegan aksi sepanjang episode itu sama sekali berbeda dari musim finale bagian pertama dan kedua.
Saya seperti menonton Attack on Titan hasil produksi WIT Studio yang dulu memproduksi musim pertama hingga ketiga. Namun, ini bukan persoalan apa studionya, melainkan siapa animatornya, yaitu Arifumi Imai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imai sebelumnya menyutradarai sejumlah adegan aksi ketika Attack on Titan masih ditangani WIT Studio. Salah satu adegan aksi paling legendaris adalah pertarungan Levi melawan Beast Titan.
Ia pun kembali untuk episode finale Attack on Titan khusus untuk menangani adegan aksi Levi dan Mikasa yang memakai ODM gear mencari sosok Eren di dalam Founding Titan.
Adegan ini merupakan adegan puncak dari segala aksi, sekaligus menutup pertarungan manusia melawan Titan. Hasilnya sangat, sangat, sangat indah meskipun memilukan.
Animasi seperti inilah yang membuat Attack on Titan populer di kalangan pencinta anime. Inilah yang membuat saya setia mengikuti kisah Attack on Titan selama 10 tahun.
Tenggelam dalam episode pemungkas Attack on Titan terasa sangat memuaskan. Saya kini memahami bahwa musim dan episode terakhir ini mesti benar-benar digarap dengan sempurna. Ini bukan serial yang memiliki ending yang mengecewakan. Yah, misalnya saja Game of Thrones.
 Salah satu adegan aksi Mikasa dalam Attack on Titan Final Season Part 4. (Screenshot YouTube Anime PONY CANYON) |
Saya bisa jamin Hajime Isayama tidak mengingkari ending anime Attack on Titan. Bahkan, saya sudah memaafkan keleletan produksinya yang membuat saya menderita dalam penantian selama bertahun-tahun.
Untuk catatan, bagian terakhir ini tayang delapan bulan setelah bagian ketika yang tayang terlebih dulu pada Maret lalu. Sedangkan, bagian kedua ke tiga memakan waktu yang lebih lama. Sekitar satu tahun.
Menentukan serial anime yang berjalan selama satu dekade penuh pastinya sangat sulit. Apalagi jika anime memiliki basis penggemar yang sangat besar di seluruh dunia.
Apalagi, ketika akhir cerita dari manganya mendapatkan kritikan dari para pembacanya lantaran percakapan terakhir Eren dan Armin dianggap kontroversial. Armin, karakter yang diciptakan "punya otak" daripada yang lain, malah membenarkan tindakan Eren melakukan genosida.
[Gambas:Youtube]
Lanjut ke sebelah...
Hajime Isayama mengaku telah melakukan kesalahan pada dialog tersebut. Maka, Isayama berusaha untuk menebus kesalahan itu ketika menggarap ulang percakapan Eren dan Armin bersama MAPPA.
Perubahan kecil membuktikan dapat membuahkan hasil yang besar. Perubahan yang dilakukan Isayama untuk animenya sangat memengaruhi impresi penggemar terhadap episode finalenya. Tidak ada lagi kritik dari penggemar kepada Isayama, yang ada hanyalah pujian setinggi langit.
Apa yang Eren korbankan kini hanyalah mungkin beberapa lembar halaman dalam buku sejarah. Namun, manusia bakal terus mencari celah untuk berkonflik dan berkuasa.
Yang membuat Attack on Titan ini begitu dicintai oleh banyak orang juga karena Hajime Isayama tidak hanya membuat sebuah cerita yang penuh dengan darah dan perjuangan saja.
Di antara kebencian, kehancuran, dan dendam, Attack on Titan tetap bercerita tentang persahabatan, keluarga, dan gestur-gestur kecil yang membuat manusia mencintai kehidupan; layaknya yang diucapkan Armin kepada Zeke di penghujung hidupnya.
Selain itu, Hajime Isayama juga memberikan cuplikan terkait apa yang dihadapi umat manusia usai Guncangan Bumi. Yaitu, history will make a way to repeat itself.
Attack on Titan tidak pernah menjanjikan akhir yang bahagia. Eren sendiri mengatakan perbuatannya itu tidak akan mengubah apa-apa. Akan ada saja alasan manusia untuk tetap saling membenci.
Begitu pula dengan bangsa Marley yang akan tetap membenci bangsa Eldia dan semakin memiliki alasan untuk melakukan balas dendam, terutama setelah Eren menginjak mati 80 persen populasi manusia.
Namun, perbuatan Eren itu bukan berarti tidak ada maknanya. Setidaknya, bagi Eren, dia telah membebaskan Mikasa, Armin, dan teman-temannya di Pulau Paradis dari penindasan. Sebuah mimpi yang tadinya miliknya, tapi kini diwujudkan untuk bangsanya.
Akhir dari Attack on Titan bahkan sangat menggambarkan kondisi dunia saat ini ketika di belahan dunia lain sedang terjadi genosida, melawan penindasan yang dilakukan oleh sebuah bangsa yang menduduki tanah yang bukan miliknya.
Juga, bahwa penindasan atas manusia tidak akan pernah ada habisnya. Namun, di antara kesengsaraan itu, manusia tetap bisa menemukan alasan untuk tetap menikmati kehidupan dan tersenyum.
Pengorbanan Eren, serta perlawanan Pasukan Penyelidik dan pejuang Marley memang sudah berakhir. Tapi, perjuangan manusia terus berlanjut di kehidupan nyata layaknya yang digambarkan Hajime Isayama lewat Attack on Titan.
 Foto: CNNIndonesia/Astari Kusumawardhani Infografis - Terperangkap Tembok Attack On Titan |