Jakarta, CNN Indonesia --
Napoleon menjadi film terbaru garapan sutradara kawakan Ridley Scott yang tayang November 2023. Film tersebut mengisahkan kehidupan sang kaisar Prancis Napoleon Bonaparte yang diperankan Joaquin Phoenix.
Meski terdapat banyak sisipan adegan historikal yang mendukung kisah film tersebut, garis besar cerita garapan Scott mengisahkan perjalanan cinta Napoleon dengan Josephine (Vanessa Kirby).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film tersebut disutradarai Scott berdasarkan naskah garapan David Scarpa, dan akan menjadi film ke-28 sutradara Inggris yang kini sudah berusia 86 tahun tersebut.
Napoleon turut dibintangi Tahar Karim, Ben Miles, Ludivine Sagnier, Matthew Needham, hingga Youssef Kerkour. Napoleon telah tayang di bioskop Indonesia pada 29 November 2023.
Berikut lima fakta film Napoleon.
[Gambas:Video CNN]
1. Bukan biopik
Demi menghindari kisah klise, Scott dan Phoenix memilih lebih fokus pada hubungan Napoleon dengan sang permaisuri pertama Joséphine de Beauharnais yang diperankan oleh Vanessa Kirby.
Dalam wawancara bersama Empire Magazine pada Sabtu (29/7), baik Joaquin dan Scott menilai mereka sama-sama tak ingin terlalu berfokus pada referensi historikal yang begitu kuat sebagai sorotan utama filmnya.
"Secara pribadi, saya selalu ingin untuk menghindari keterlibatan dengan genre biopik," kata Joaquin.
"Proses pembuatan film ini sangat sulit, karena kami dapat mudah terjebak untuk masuk ke dalam topik peperangan saat saya ingin membahas Napoleon. Saya terus mengendalikan diri dan kembali ke Joséphine," timpal Scott.
Sang aktor Joaquin Phoeniz menyarankan penggemar dan calon penonton untuk riset atau mencari tahu terlebih dahulu kisah kaisar Prancis sebelum menyaksikan Napoleon di layar lebar.
"Kalau Anda benar-benar ingin memahami [film] Napoleon, maka Anda sebaiknya melakukan riset dan membaca sendiri," cetus Phoenix.
"Karena jika Anda menonton filmnya, ini adalah pengalaman yang diceritakan melalui mata Ridley. Ini adalah dunia yang sangat kompleks. Yang kami cari adalah sesuatu yang bisa menangkap perasaan dari sosok ini," sambung Phoenix.
2. Reuni Ridley Scott dan Joaquin Phoenix
Napoleon menjadi ajang reuni Ridley Scott dengan Joaquin Phoenix setelah bekerja sama lebih dari dua dekade lalu lewat film Gladiator.
Dalam wawancaranya bersama Empire Magazine, Scott bahkan rela untuk harus menulis ulang naskah film Napoleon demi mengakomodasikan permintaan Joaquin.
Scott mengaku harus memberikan sejumlah penyesuaian usai Phoenix terus berdiskusi soal plot dan bagan cerita yang ia lakoni dalam film berlatar sejarah tersebut.
"Joaquin jauh dari kata konvensional yang dapat kalian pahami sebelumnya. Bukan secara sengaja, tapi karena intuisi. Itu lah yang membuatnya tergerak," jelasnya kepada Empire Magazine yang dirilis Rabu (21/12) tahun lalu.
"Kalau ada sesuatu yang mengganggunya, dia akan memberi tahu. Dia membuat [Napoleon] spesial dengan terus bertanya," lanjutnya.
"Dengan adanya Joaquin, kami bisa menulis ulah seluruh film karena dia tak nyaman akan itu. Dan itulah yang terjadi dengan Napoleon," kata Scott.
Lanjut ke sebelah...
3. Kisah cinta pilu Napoleon Bonaparte dan Joséphine
Pertemuan Napoleon Bonaparte dengan Joséphine diawali ketika dirinya menjabat sebagai Brigadir Jenderal Prancis dalam usia yang sangat muda.
Joséphine, yang merupakan janda dari royalis Prancis yang dieksekusi, Alexandre Beauharnais. Ia memikat hati sang jenderal hingga keduanya saling jatuh cinta.
Pertemuan itu instan membawa keduanya menuju hubungan intens hingga menjalani pernikahan. Napoleon benar-benar mencintai Joséphine dan begitu pula sebaliknya.
Namun di tengah rasa cintanya yang membuncah, Napoleon juga memiliki ambisi besar untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain di luar Eropa. Ketika menduduki singgasana tertinggi, Napoleon mulai gusar.
Wilayah kekuasannya makin meluas, namun ia tak kunjung mendapatkan keturunan dari permaisuri yang sangat ia cintai. Di satu sisi, konstitusi Prancis saat itu mewajibkan Kaisar memiliki keturunan laki-laki sebagai penerus langsung kekuasaan.
Meskipun saling cinta, keduanya harus berkorban demi martabat konstitusi Prancis dan resmi bercerai pada 1810. Napoleon kemudian menikah dengan Marie-Louise, anak Kaisar Francis dari Austria, dan melahirkan seorang anak darinya.
[Gambas:Video CNN]
4. Peperangan krusial iringi romansa Napoleon dan Joséphine
Di tengah masa-masa jatuh cintanya dengan Joséphine, Napoleon juga menyimpan ambisi besar untuk menaklukkan seluruh wilayah Eropa.
Untuk itu, film ini pun turut menceritakan kepemimpinan ikonis Napoleon dalam sejumlah peperangan besar sebelum ia akhirnya kalah oleh pasukan gabungan Inggris dan Prussia di Waterloo.
Peperangan pertama adalah Perang Toulon, yang membawa Napoleon menuju posisi tertinggi militer Prancis dalam usia yang sangat muda. Napoleon kemudian melanjutkan invasinya ke luar Eropa dengan Perang Mesir pada 1798.
Tak lama setelah meraih gelar Kaisar Prancis, Napoleon menghadapi Perang Austerlitz dengan hasil kemenangan heroik bagi para pasukannya yang kedinginan.
[Gambas:Youtube]
Masa-masa kejayaan Napoleon mulai meluntur ketika ia memimpin Prancis untuk Perang Borodino melawan Rusia pimpinan Tsar Alexander I. Di peperangan itu, Napoleon kecele karena Moskow telah dikosongkan oleh pasukan dari Alexander.
Napoleon berang dengan hal itu dan membuatnya masuk Pertempuran Waterloo, usai ia diasingkan di Pulau Elba. Ambisi Napoleon nyatanya harus terkubur oleh realita dengan kuatnya pasukan koalisi Inggris dan Prussia.
5. Kritik pedas ke referensi sejarah film Napoleon
Beragam kritik pedas soal referensi sejarah menghiasi kehadiran film Napoleon karya Ridley Scott. Yang terbaru hadir dari Joachim Murat, keturunan langsung dari Napoleon Bonaparte.
Kepada Forbes, Selasa (28/11), Murat menilai banyak sekali fakta-fakta sejarah yang dilewatkan Scott untuk dimasukkan dalam film ini.
"Keinginan sutradara di sini adalah untuk menulis ulang sejarah agar sesuai dengan gambaran yang ingin ia berikan tentang kisah cinta Napoleon dan Josephine," kata Murat, seperti diberitakan oleh Screen Rant.
"Namun ini hanya menjadi serangkaian jalan pintas yang digunakan untuk menyesuaikan kehidupan Napoleon yang tak tertandingi ke dalam film berdurasi dua setengah jam," sambungnya.
Penulis biografi Napoleon, Patrice Gueniffey menilai film karya Scott 'sangat anti Prancis dan sangat pro-Inggris.'
Awal November lalu, sejarawan Dan Snow berpendapat film Napoleon punya banyak detail sejarah yang salah. Ia menyampaikan hal itu berdasarkan trailer yang rilis Juli lalu.
Snow menilai Napoleon "tidak menembak ke piramida" terkait adegan Battle of the Pyramids yang terjadi pada 1798 di Embabeh, utara Giza, Mesir. Dalam trailer, prajurit Napoleon digambarkan menembak ke puncak piramida Giza.