Paul Banks Interpol Terpana Es Kopi dan Arsitektur Indonesia
Segelas es kopi susu tersaji di depan Paul Banks. Bongkahan es dalam minuman es kopi susu kedemenan anak-anak 'Jaksel' itu diam mendengarkan pentolan band Interpol asal Amerika Serikat itu cerita pengalaman pertamanya ke Jakarta.
"Kopi di sini enak banget ya," kata Banks usai menyeruput es kopi susu di gelas yang berkeringat embun itu. "Salah satu terenak yang pernah saya coba dari seluruh dunia,"
Lihat Juga : |
Interpol menjadi salah satu penampil dalam Joyland Festival akhir November 2023. Sebelum naik panggung menjajal Lapangan Baseball Gelora Bung Karno, Paul menyediakan waktu mengobrol singkat dengan CNNIndonesia.com.
Banks bukan hanya mengomentari es kopi yang konon diambil dari biji kopi yang ditanam di Indonesia itu, tetapi juga kesan pertamanya melihat langsung Jakarta untuk pertama kali dalam hidupnya.
"Saya suka banget di sini, bahkan saya jalan sampai 4 mil (6,5 kilometer) hari ini," kata Banks.
Rupanya, Banks termasuk yang tak terganggu dengan cuaca gerah nan lembap khas tropis di Jakarta. Ia bahkan dengan semangat menceritakan terpikat dengan sejumlah bangunan di Jakarta yang ia anggap keren.
Banks telah lama dikenal punya minat lebih terhadap arsitektur. Ia juga memamerkan minatnya itu di media sosial, termasuk ketika datang ke Jakarta. Ia menampilkan jajaran foto gedung-gedung tinggi ibu kota.
"Itu sebenarnya gedung apaan sih? Kok kayak enggak ada yang tinggal di situ? Saya suka banget sama arsitekturnya. Brutal banget," kata Banks berkomentar soal Hotel Sultan yang sedang dalam sengketa.
"Terus saya coba masuk ke dalam kan, enggak ada siapa-siapa dong di dalam. Aneh banget, itu cantik dan indah, tapi juga sangat ganjil dalam waktu bersamaan," katanya. "Itu menjadi gaya arsitektur yang saya suka. Wah itu gila sih,"
"Indonesia bisa memiliki salah satu gaya arsitektur yang paling keren," katanya usai 'mengulas' sejumlah gaya arsitektur bangunan Jakarta.
Meski arsitektur yang ditemui Banks di Jakarta tak ia prediksi sebelumnya, musisi kelahiran 3 Mei 1978 itu sudah terbiasa memprediksi ekspektasi penonton dalam sebuah pertunjukan mereka, termasuk saat di Joyland Festival.
Penampilan Interpol di Joyland Festival 2023 kemarin termasuk yang sudah lama dinantikan oleh penggemar mereka.
Maka dari itu, Banks dan geng menyiapkan setlist lawas yang bisa memuaskan para penggemar di samping dari album teranyar The Other Side of Make-Believe yang masih berumur kurang dari dua tahun.
Membawakan karya lawas selama berulang kali di ribuan panggung berbeda memang terkesan membosankan, tapi hal itu dianggap Banks sebagai sebuah konsekuensi dan keunikan profesi seorang musisi.
"Kalau kau sadar, menjadi musisi kan tidak sekeren penampil seni yang lain, bukan?" katanya sembari tersenyum simpul.
"Di saat kau dituntut untuk harus selalu yang baru, terkadang saya memang merasa aneh harus mengulang-ulang sesuatu yang sangat sering, yang mana kita sudah tahu itu sebelum kita bisa menyadarinya," lanjutnya.
Banks sadar penggemar sudah menunggu lagu-lagu berusia lebih dari 20 tahun seperti PDA, NYC, hingga Untitled (2000) wajib dibawakan oleh Interpol dalam setiap pertunjukan mereka.
"Kalau di festival, ada kemungkinan ribuan orang yang tidak mengenal kami, atau mungkin hanya mengenal hit-hit kami, jadi pasti kami bakal banyak memainkan nomor-nomor hit," kata Paul Banks.
Pendekatan tersebut pula yang menjadikan Interpol memilih untuk hanya menyisipkan dua lagu dari album terbaru di aksi Joyland Stage, yakni Toni dan Into the Night dari album terbaru The Other Side of Make-Believe.
Terlepas dari sensasi aneh yang ia rasakan kala memainkan nomor-nomor ulung selama puluhan ribu kali, Banks mengaku tetap menikmati hal tersebut.
Ia tak masalah jika dirinya harus mereka ulang emosi dan intensi yang ia miliki ketika membawakan sejumlah materi lawas di atas panggung.
"Saya senang ketika orang-orang ingin mendengarkan dan bangga dengan materi-materi kami," kata Banks. "Dan ini adalah sisi unik dari seorang musisi yang harus selalu mengingat karya-karya lama mereka sepanjang waktu,"
"Emosional," menjadi deskripsi singkat dari Banks mengenai sisi sonikal dari musik Interpol yang tak pernah berubah, meski kini beririsan dengan berbagai pendekatan baru dari fans penikmat musik di seluruh dunia.