Menurut studi deskriptif kasus bunuh diri di Korea Selatan karya Moon Gil-seong dari National Pension Service dan Profesor Ahn Jeong-yong dari Jeonbuk National University yang rilis pada 2020, ada beberapa penyebab mengapa kasus bunuh diri banyak terjadi di negara itu.
Beberapa penyebabnya adalah karena masalah keluarga, ekonomi, penyakit fisik, masalah kesehatan mental, dan masalah pekerjaan atau karier. Namun menurut data Moon dan Ahn, prevalensi penyebab tertinggi kasus bunuh diri pada 2018 adalah masalah mental sebesar 31,6 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah kesehatan mental inipun dianggap juga dipengaruhi dari bagaimana masyarakat Korea Selatan dalam memandang kehidupan era modern, serta menilai kehidupan orang lain.
Dalam kolom di Korea Times, Deauwand Myers, seorang ekspatriat dan pengajar di Shingu College Korea Selatan, standar kesempurnaan yang dianut orang Korea beserta cara pandanganya bisa dikategorikan toksik.
"Ada sisi gelap dan destruktif dalam negara ini: kebutuhan untuk menjadi sempurna dalam segala hal, dan ini merupakan masalah sosial besar yang perlu diatasi oleh masyarakat dan pemerintah," tulis Myers.
"Gurita obsesi terhadap kesempurnaan ini menjangkau banyak bidang masyarakat Korea," lanjutnya.
Myers menyinggung bagaimana masyarakat Korea Selatan menuntut anak-anak di bawah umur memiliki nilai tinggi di bidang akademis, lalu terkait ribuan pelajar berjuang mati-matian --secara harfiah-- untuk bisa mendapatkan nilai tinggi di ujian masuk universitas.
Masalahnya, begitu ada individu yang tidak mencapai standar tersebut atau memiliki cacat dalam kehidupannya, penghakiman kepada mereka dari lingkungan bisa jadi sangat mengerikan.
Dampak tekanan itupun terlihat dari sebuah kasus di Seoul pada 2011, yakni seorang anak membunuh ibunya sendiri karena terus memaksanya untuk masuk universitas top dan mendapatkan peringkat tertinggi saat ujian. Si anak menyembunyikan bangkai ibunya selama 8 bulan di rumah.
Bila dalam kehidupan pelajar Korea Selatan saja dampak penghakiman berkenaan tuntutan tinggi bisa sebegitu mengerikan, apalagi untuk mereka yang berkarier sebagai idola di industri hiburan yang dikenal mesti tampil tanpa cela?
Sudah jadi rahasia gelap yang umum bahwa industri hiburan Korea Selatan sangat kejam terhadap para pekerjanya. Mereka dituntut memiliki porsi tubuh ideal, warna kulit seperti porselen, performa tampil prima, dan capaian fantastis.
Bila para seleb ini 'apes' karena memiliki skandal atau cacat dalam kehidupan mereka, maka mereka mesti bersiap dengan serangan dan cercaan jahat netizen di dunia maya. Hal ini pun sudah berulang kali terjadi, seperti kepada mediang Goo Hara ataupun Sulli.
Sementara itu, masalah depresi dan kesehatan mental disebut dalam laporan Moon dan Ahn sebagai hal yang tabu di Korea Selatan. Kondisi ini yang membuat penanganan masalah depresi menjadi rendah dan membuat penderitanya memilih jalan pintas.
"Orang Korea cenderung enggan membuat masalah kesehatan mental mereka diketahui orang lain," kata Moon dan Ahn.
Menurut temuan Community Health Survey pada 2013 yang dikutip Moon dan Ahn, ada 5,8 persen warga Korea merasakan dampak depresi, tapi hanya 16 persen dari mereka yang berkonsultasi soal kondisi depresi tersebut ke tenaga medis.
"Stigma bukan hanya mempersulit deteksi dini gangguan tersebut, tapi juga menjadi penghalang akses terhadap layanan kesehatan mental," tulis keduanya yang menyebut penting bagi masyarakat dan pemerintah Korea Selatan membangun "sistem sosial untuk mengurangi stigma dan untuk deteksi dini".
Terlepas dari ketersediaan fasilitas kesehatan mental atau apakah Lee Sun-kyun sempat berkonsultasi terkait tekanan yang ia terima dengan tenaga profesional, kasus ini kembali mengingatkan bahwa selebritas pada dasarnya juga manusia biasa.
Mereka memiliki batasan beban yang bisa dipikul, mereka juga melakukan kesalahan, mereka juga sedih dan stres, sama seperti masyarakat pada umumnya terlepas dari tuntutan pekerjaan sebagai penghibur.
Mungkin saja, masyarakat perlu mengingat satu bait Pretty Hurts (2013) dari Beyonce demi mencegah kasus Lee Sun-kyun terulang lagi di masa depan.
We shine the light on whatever's worst
Perfection is a disease of a nation
![]() |