Review Film: Agak Laen

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 09 Feb 2024 20:00 WIB
Review Agak Laen: di tengah film komedi lokal dengan jenaka yang 'maksa', Agak Laen datang dengan lelucon skala amat keseharian.
Review Agak Laen: di tengah film komedi lokal dengan jenaka yang 'maksa', Agak Laen datang dengan lelucon skala amat keseharian. (Imajinari/Syafira Muthiary)
5
Di tengah film komedi lokal dengan jenaka yang maksa, Agak Laen datang dengan lelucon skala amat keseharian.

Apalagi dengan lelucon percakapan ala masa kini yang disisipkan oleh Muhadkly Acho, maka pertahanan humor saya dengan mudah jebol tak sampai setengah jam pertama. Maka wajar, studio bisa terisi penuh dan berbagai tawa kencang menggema hingga akhir.

Meski begitu, hal yang saya sebenarnya tak duga dari Acho adalah ia juga berhasil membawa unsur horor dan drama dalam film ini. Pengalaman dirinya terlibat dalam berbagai produksi drama dan horor rasanya benar-benar bermanfaat dalam Agak Laen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Unsur horor yang dibawa Acho cukup membuat saya kagum. Acho bisa menggunakan jumpscare atau membangun nuansa horor yang sederhana, tapi mengena. Asli, modalnya 'hanya' riasan, posisi kamera, timing, dan sedikit scoring juga efek, tapi bisa bikin agak kaget.

Sementara itu, Muhadkly Acho juga tampak tak ingin sekadar membuat film ala-ala horor dengan komedi di dalamnya. Drama yang bisa menggoyang kantong air mata pun dengan pas ia masukkan dalam naskah.

Beruntungnya, Oki Rengga sebagai pion yang memainkan bagian tersebut bisa membawakannya dengan cukup baik. Entah karena memang parasnya sangat mendukung narasi atau karena naskahnya luar biasa, saya hanya bisa bilang "super!".

Saya sangat mengapresiasi kru kreatif seperti desain produksi, kostum, tata rias, hingga lighting dan tata suara Agak Laen untuk skala produksi yang sebenarnya terbilang sederhana, tapi efektif dan efisien.

Film Agak Laen (2024). (Imajinari/Syafira Muthiary)Review Film Agak Laen (2024): Muhadkly Acho bisa menggunakan jumpscare atau membangun nuansa horor yang sederhana, tapi mengena. (Imajinari/Syafira Muthiary)

Selain itu, penggunaan bahasa isyarat dalam film ini juga jadi sebuah contoh baik dan bukti nyata niat membangun lingkungan film yang lebih inklusi.

Hal lain yang juga saya suka dari Agak Laen adalah sinematografinya. Arfian jelas tak butuh permainan cahaya yang berlebihan supaya lebih dramatis demi menampilkan sajian memanjakan mata dan menguatkan cerita Agak Laen.

Dari seluruh tampilan Agak Laen, saya merasa Muhadkly Acho masih bisa memadatkan cerita film ini menjadi lebih ringkas tanpa harus banyak basa-basi di bagian tengah cerita. Namun itupun sebenarnya tak sampai mengurangi pengalaman menikmati film ini.

Hanya saja, saya berharap film sekualitas Agak Laen ini tidak hanya berhenti kali ini saja atau baru akan muncul lagi sedekade kemudian. Selain itu, Acho jelas juga akan diberikan ekspektasi tersendiri dari penonton usai film ini dirilis, tinggal bagaimana ia akan menjaga capaian pasca Agak Laen di masa depan.

Hingga akhirnya, Agak Laen menjadi film yang memang agak lain untuk industri film Indonesia saat ini. Bukan hanya menyajikan film dengan naskah matang dan baik, tapi juga bisa menjangkau serta menghibur penonton yang berujung mendulang pundi-pundi.

Memanglah, agak laen kawan kita satu ni.

 

[Gambas:Youtube]



(end)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER