Ed Sheeran kembali singgah ke Indonesia setelah lima tahun lewat konser +-=÷x Tour 2024 in Jakarta. Solois itu datang dengan membawa misi besar, yakni mengadakan konser tunggal berskala stadion di ibu kota Indonesia.
Usaha 'menaklukkan' stadion itu berhasil dicapai saat Ed Sheeran akhirnya menapakkan kaki di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (2/3) malam. Konser itu menyuguhkan sajian lengkap berkat aksi ciamik Ed Sheeran dan aspek-aspek penopang penampilannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konser tersebut sekaligus menjadi pengalaman pertama saya merasakan atmosfer JIS untuk pertunjukan musik. Saat tiba di lokasi, saya cukup menikmati suasana dan hiruk pikuk penonton di area stadion.
Hanya saja, saya mesti sepakat dengan testimoni yang menyebut stadion ini masih butuh membenahi akses di sekitar lokasi. Sebagian penonton juga terlihat masih kagok lantaran baru pertama kali menonton di venue tersebut.
Namun, kerikil di awal itu tidak mengikis antusiasme saya untuk menyaksikan Ed Sheeran. Rasa penasaran juga muncul karena sang solois akan beraksi di atas panggung 360 derajat.
Konsep panggung yang unik itu akhirnya saya lihat secara langsung ketika masuk venue. Panggung itu berbentuk lingkaran dengan empat pilar tersebar di empat sudut seperti persegi.
Pilar-pilar itu nantinya berfungsi untuk memancarkan lampu ke arah Ed Sheeran. Videotron juga terpasang tepat di atas panggung dengan layar mengarah ke semua sisi.
Konsep panggung itu cukup segar dibanding format yang lazim dipakai. Namun, terpasangnya empat pilar dekat panggung ternyata menghalangi pandangan beberapa area penonton.
Saya menjadi salah satu orang yang harus merasakan apes karena tidak bisa melihat panggung secara utuh karena terhalang sebuah pilar yang menjulang tinggi.
Meski begitu, keapesan saya ternyata terbayar lunas ketika Ed Sheeran naik ke atas panggung tidak lama setelah penampilan Calum Scott sebagai opening act.
Penyanyi kelahiran Halifax itu langsung menggebrak dengan Tides dari album Equals (2021). Lagu dengan tempo up beat itu dengan mudah membakar energi puluhan ribu penonton yang hadir.
Ed Sheeran tidak mengenakan pakaian glamor atau bermegah-megahan, hanya kaus hitam bertuliskan Jakarta di punggung dan celana jeans. Hal itu seolah membuktikan bahwa perhatiannya hanya tertuju pada suguhan musik dan aksi panggung yang ciamik.
Sebab, ia benar-benar mengerahkan energi impresif sejak awal konser. Kemampuan bernyanyi Ed Sheeran juga tak perlu diragukan berkat jam terbang dan status bintang global yang disandangnya.
Penampilan itu ditunjang dengan permainan lampu atraktif, baik yang menyorot ke arah panggung atau area tribun. Kualitas suara yang dihasilkan pun jernih dan konsisten tanpa kendala.
"Selamat malam, Jakarta! Senang sekali bisa kembali!" teriak Ed Sheeran setelah lagu pertama.
![]() |
Usai sapaan singkat itu, Ed Sheeran langsung beralih membawakan Blow, I'm A Mess, hingga Shivers. Lagu-lagu itu menjadi momentum bagi sang penyanyi dalam mengatur atmosfer konser.
Ia juga tak luput menunjukkan kepiawaiannya sebagai musisi bertalenta. Saat Shivers dibawakan, Ed Sheeran mulai menginjak pedal loop station alias alat khusus yang memungkinkan dirinya memainkan audio dari berbagai instrumen secara berulang.
Sheeran lantas memamerkan kemampuannya dalam memproduksi lagu, mulai dari merekam berbagai jenis suara instrumen hingga membentuk sebuah harmoni yang mengagumkan.
Lanjut ke sebelah...