Pengembangan perjalanan cinta yang manis, menggemaskan, dan sedikit menyentuh itu menjadi kekuatan utama, tapi juga catatan bagi film ini.
Seiring penceritaan tersebut, penulis sebenarnya juga mulai memasukkan unsur supernatural dan sedikit misteri dalam jalan cerita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
My Boo secara berulang menaruh petunjuk yang menjadi problem cerita dalam beberapa adegan. Tapi, petunjuk itu seperti dilupakan, dan langsung dipecahkan beberapa menit sebelum film berakhir.
Padahal, pemecahan misteri yang mengalir bisa menjadi cara membuat plot semakin kompleks dan lebih berwarna untuk film berdurasi 2 jam itu.
Cara penceritaan seperti itu berpotensi membuat penonton berasumsi sendiri tentang akhir misteri yang sesungguhnya membuat Joe dan Anong bisa bertemu di rumah tersebut.
Kondisi itu pula membuat My Boo jadi terasa panjang. Saat penonton merasa misteri harusnya mulai dipecahkan atau memasuki babak falling action, film itu malah memperkenalkan permasalahan baru bagi percintaan karakter utama.
Namun, itu menjadi satu-satunya catatan bagi film ini. Di sisi lain, tim kreatif memastikan semua yang ditampilkan di awal terhubung hingga akhir, termasuk pekerjaan Joe yang berhasil mendatangkan unsur drama nan menyentuh di akhir film.
Salah satu yang juga menarik disoroti adalah cara tim kreatif menjadikan roh gentayangan sebagai idola atau setidaknya seperti manusia melalui bisnis lain yang dibangun di sekitar rumah hantu tersebut.
Pada akhirnya, hal-hal itu yang membuat My Boo menjadi sebuah tontonan yang tetap terasa segar, sangat menghibur, dan menyenangkan walau memiliki premise serupa dengan banyak film lainnya.
![]() |
Romantisme dan drama para karakter begitu kuat, dan komedi yang konsisten lucu dari awal sejak akhir menjadi kekuatan utama film ini.
Sebagai catatan, ada adegan kekerasan yang mungkin bisa mengganggu penonton. My Boo ditujukan untuk penonton berusia 17 tahun ke atas.
My Boo tayang sejak 19 Juni di bioskop Indonesia.