Selain dari pada meningkatkan pengalaman sinematik dari film, bioskop juga menjadi unsur penting dari perkembangan industri perfilman Indonesia yang akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kreatif.
Hal itu seperti yang diungkap Economic Adviser & Senior Economist PT Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal, pada Februari 2024, bahwa perfilman Indonesia memiliki potensi kekayaan intelektual sebesar Rp130 triliun dan bisa menciptakan 400-500 ribu tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi di bioskop itu, selain menonton film, apalagi film-film Indonesia, juga ada kulinernya, ada mungkin tempat untuk diskusinya, dan sebagainya," kata Fadli Zon.
"Jadi itu suatu ekosistem, environment. Nah, jadi termasuk di Aceh juga ya, memang di Aceh mungkin masih ada kendala terkait dengan Qanun [peraturan daerah Aceh]. Nah, tentu harus ada adaptasi." lanjutnya.
Sineas asal Aceh sebelumnya mengkritik rencana Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk menghadirkan bioskop di provinsi berbasis syariah tersebut. Hingga saat ini, Aceh menjadi provinsi di Indonesia yang tidak memiliki bioskop.
Sutradara dokumenter pendek peraih Piala Citra 2021, Three Faces In The Land of Sharia, Davi Abdullah mengatakan Fadli Zon tidak memahami budaya Aceh dan tren digital yang saat ini memengaruhi perfilman dunia.
Davi mengingatkan Fadli Zon bahwa pandangan Aceh soal bioskop tak lepas dari prinsip syariat Islam yang dianggap penting masyarakat.
Lebih dari itu, kata dia, budaya Aceh soal hiburan tontonan tak sebatas pelarangan bangunan bioskop. Jika hanya soal biskop, dia menyebut Menteri Fadli Zon berpandangan mundur.
(kum/end)