Gowok merupakan pekerjaan yang dilakoni seorang perempuan dalam budaya dan masyarakat Jawa berupa mengajarkan laki-laki yang akan menikah soal cara membahagiakan istrinya kelak.
Pekerjaan gowok ini diyakini merupakan hasil akulturasi dari China dan sudah eksis dalam masyarakat Jawa sejak abad ke-15. Tujuan dari para gowok ini adalah menjadikan murid laki-laki mereka "lelananging jagad" atau "pria yang tak ada tandingannya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi era 1400-an begitu, Laksamana Cheng Ho itu punya hubungan dengan raja-raja Jawa dan dia membawa seorang perempuan bernama Goo Wok Niang, itu bertugas mengajari para bangsawan terutama raja," papar Hanung seperti diberitakan Antara.
"Pada saat itu raja kan istrinya banyak. Enggak cuma empat, ada yang 10 bahkan 12, nah gowok ini mengajari si raja ini memuaskan perempuan," lanjutnya.
Untuk mendalami ilmu gowokan, murid laki-laki akan tinggal di pondok seorang Gowok dan kemudian belajar falsafah rumah tangga dan hubungan suami-istri, mulai dari peranan suami dan istri, hingga bagaimana memuaskan istri secara batin.
Pemuasan istri tersebut dinilai penting karena istri dipandang sebagai pasangan jiwa dari suami yang ikut memengaruhi kebahagiaan suami serta kesuksesan rumah tangga.
Secara sederhana, yang diajarkan dalam ilmu gowokan, seorang suami wajib untuk membahagiakan istri baik lahir maupun batin demi kesuksesan rumah tangga. Maka dari itu, pria yang akan menikah sepatutnya paham bagaimana membahagiakan seorang perempuan.
Karena menekuni sebagai pengajar ilmu gowokan, seorang Gowok tidak boleh menikah dan memiliki anak. Para Gowok juga biasanya adalah perempuan dewasa berusia 20 hingga 40 tahun. Tradisi ini konon menyebar di daerah Purworejo, Blora, dan kawasan Banyumas.
Kisah dan tradisi gowok itu pun hidup secara turun-temurun dalam masyarakat Jawa. Beberapa karya sastra memotret tradisi tersebut, seperti novel Gowok (1936) karya Liem Khing Hoo, dan novel Nyai Gowok (2014) karya Budi Sardjono.
![]() |
Bunga Tyas Ningrum dan Cahyaningrum Dewojati dari Universitas Gadjah Mada dalam Autentisitas Budaya dalam Karya Sastra Peranakan Tioghoa: Gowok Karya Liem Khing Hoo pada 2023 menyebut, budaya gowok ini dinilai masyarakat Jawa sebagai tradisi adiluhung dan penting.
Bunga dan Cahyaningrum juga menyebut bahwa tradisi gowok bukan hanya soal tradisi seksual dan membahagiakan istri secara batin, tetapi juga berbagai hal yang mesti dipahami suami untuk kelak bisa membimbing istrinya sehingga rumah tangga mereka berjalan dengan baik.
Gowok Kamasutra Jawa dibintangi berbagai aktor dan aktris papan atas Indonesia. Berikut daftar beberapa pemain dan karakter yang mereka perankan dalam Gowok Kamasutra Jawa:
Gowok: Kamasutra Jawa rilis perdana pada 5 Juni 2025. Semenjak rilis, film ini sudah mendapatkan sejumlah respons dari penonton.
Pada Sabtu (7/6), Gowok: Kamasutra Jawa mendapatkan skor penonton 7,9/10 dari 24 ulasan di laman IMDb. Sementara itu, di laman Cinepoint, film ini juga mendapatkan nilai 7,8/10 dari penonton. Sedangkan di laman letterboxd, film ini mendapatkan skor akhir 3,4/5 dari 257 penilai.