TILIKAN

AI untuk Film: Bantuan atau Serangan?

CNN Indonesia
Kamis, 24 Jul 2025 09:30 WIB
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) tak terhindarkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri film.
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) tak terhindarkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri film. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tak terhindarkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri film yang berlandaskan seni dan kreativitas.

Disrupsi perkembangan teknologi melalui AI membawa sejumlah perubahan dalam cara kerja perfilman. Beberapa bisa diterima, seperti fitur Generative AI dari Adobe misalnya yang mempermudah dan mempercepat proses penyuntingan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun ada pula sejumlah kecanggihan AI yang dianggap sebagai ancaman bagi kelangsungan pekerja film dan televisi, yang menjadi salah satu dasar alasan dari mogok pekerja film dan televisi di Amerika Serikat pada 2023.

Peneliti film Hikmat Darmawan menilai kehadiran AI sebagai alat produktivitas menjadi keniscayaan yang sah untuk diterima. Fitur itu pun sudah dimanfaatkan di lingkungan industri film lokal.

Namun, Hikmat juga menekankan bahwa kehadiran fitur AI itu bukanlah bagian dari revolusi yang dapat mengubah tatanan industri secara ekstrem. Ia justru hadir sebagai bagian dari teknologi yang berkembang dari waktu ke waktu.

"Kalau AI sebagai tools artinya kan dia sebagai alat produktivitas. Kalau itu memang sudah jadi bagian juga," ujar Hikmat kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (22/7).

"Sehingga apa yang berkembang sekarang itu bukan revolusi, tapi konsekuensi logis dari perkembangan teknologi," lanjutnya.

Meski begitu, tidak semua yang ditawarkan AI dapat diadopsi mentah-mentah. Kehadirannya di industri film menjadi kontroversi ketika masuk ranah kreasi, ditandai munculnya model AI generatif yang dapat membuat film hanya dengan perintah atau prompt tertentu.

Pro-kontra tidak jauh dari masalah pelanggaran hak cipta. Model AI diduga kuat mengolah karya seni asli ciptaan manusia hingga wajah orang-orang untuk membuat film tersebut.

British Film Institute (BFI) dalam laporan berjudul "AI in the Screen Sector: Perspectives and Paths Forward" bahkan menemukan lebih dari 130 ribu naskah film dan serial telah digunakan untuk melatih model AI.

Keresahan itu diamini Hikmat Darmawan. Ia merasa etika tetap harus diutamakan saat memanfaatkan AI, apalagi jika mulai bersentuhan dengan ranah kreasi.

[Gambas:Video CNN]

"Semuanya pasti harus ada etikanya ya. Karena misal untuk yang paling berantem itu kan etika di wilayah kreativitas," ungkapnya.

"Karena dia cara kerjanya mengikuti pola yang sudah ada, mau enggak mau dia harus mendidik diri dalam artian compiling, dan memakai karya yang sudah ada atau bahkan wajah kita," lanjut Hikmat.

Lanjut ke sebelah...

'Human touch' masih nomor satu

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER