Jakarta, CNN Indonesia --
28 tahun One Piece telah beredar di tangan pembaca. Namun pelayaran Luffy dan kawan-kawan sebenarnya baru berjalan sekitar tiga tahun lamanya.
One Piece terus berkembang kuat dan menjelma jadi salah satu komik paling berpengaruh dalam sejarah manga. Semakin luas jangkauan One Piece, semakin tinggi pula animo pembaca.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembaca yang berusia belasan ketika awal membaca dan kini sudah berada di kisaran usia 40-an, tetap setia bersamanya. Jumlah pembaca pun makin bertambah seiring hadirnya generasi pembaca baru.
Namun dalam dimensi One Piece, Luffy dan kawan-kawan baru berlayar dalam waktu singkat.
Luffy yang berlayar di usia 17 tahun berhasil menyelesaikan paruh pertama grand line dan kemudian menjalani latihan selama dua tahun, alias familiar disebut time skip, ketika kru mereka dibuat terpencar untuk berlatih agar lebih kuat oleh Bartholomew Kuma.
Luffy adalah sosok yang sangat mencintai petualangan. Bagi Luffy, semakin berbahaya kondisi suatu pulau yang tergambar dalam jarum log pose, semakin menarik pulau tersebut dikunjungi.
 28 Tahun One Piece telah beredar di tangan pembaca. Namun pelayaran Luffy dan kawan-kawan sebenarnya baru berjalan sekitar tiga tahun lamanya. (dok. Toei Animation) |
Begitu juga dengan hal misterius. Semakin besar misteri yang menyelubungi suatu hal, semakin bersemangat Luffy dan kawan-kawan mengejar misteri tersebut untuk diungkap.
Dalam pandangan Luffy, hari-hari menjadi bajak laut adalah hari-hari penuh petualangan, bersenang-senang, dan persahabatan. Bendera jolly roger miliknya adalah simbol harga diri yang harus dipertahankan mati-matian.
Karena itu tak heran bila akhirnya Kelompok Topi Jerami sering bentrok dengan geng bajak laut lainnya. Bukan selalu karena Luffy ingin merasa jadi yang terhebat, melainkan karena lebih sering membela teman-teman atau orang yang berharga baginya.
Mulai dari melawan Crocodile di Arabasta demi Vivi, membunyikan lonceng di Pulau Langit demi Paman Cricket, hingga menghancurkan Enies Lobby demi membebaskan Nico Robin.
Di New World, tingkah Kelompok Topi Jerami juga sama. Mereka membebaskan Dressrosa dari cengkeraman Donquixote Doflamingo untuk menolong Rebecca, kemudian melepaskan Wano dari jerat Kaido demi Momonosuke dan kawan-kawan.
Luffy tidak punya ambisi memiliki daerah kekuasaan. Namun tindak-tanduk mereka yang sesederhana membela teman justru membuat banyak kerajaan dan juga kelompok bajak laut sukarela jadi aliansi Kelompok Topi Jerami
Dalam bagan cerita One Piece, petualangan Kelompok Topi Jerami sudah memasuki tahap akhir. Mereka, bersama Trafalgar Law dan Captain Kidd, sudah menumbangkan dua Yonko, Big Mom, dan Kaido.
Kepingan-kepingan misteri mulai disusun dan terlihat wujudnya. Seperti misalnya, ternyata 900 tahun lalu peradaban manusia sudah jauh lebih maju, beririsan dengan terjadinya abad kekosongan.
Luffy dan kawan-kawan juga sudah punya tiga road poneglyph. Artinya hanya butuh satu lagi bagi mereka untuk mendapatkan lokasi Raftel, pulau misterius tempat One piece berada.
Ketika tokoh-tokoh besar dan perang puncak yang diprediksi makin terlihat dekat, ada satu pertanyaan yang layak digugat:
Bagaimana akhir One Piece?
Bila pada akhirnya Luffy menjadi Raja Bajak Laut dan impian seluruh kru tercapai, bukankah hal itu jadi akhir yang menyedihkan untuk mereka?
Lanjut ke sebelah...
Luffy, pada usia 20-an, telah memenangkan segalanya. Impiannya sudah tercapai. Cita-cita terbesarnya, yang sudah diucapkan dengan lantang tapi belum diungkap ke pembaca, telah terwujud.
Tidak ada lagi yang tersisa di lautan untuk Luffy. Padahal, Luffy benci petualangan yang membosankan. Seperti halnya ketika ia marah pada Usopp yang bertanya pada Silvers Rayleigh: "Apa itu One Piece?"
Bandingkan dengan kisah-kisah legendaris di era Gol D. Roger. Rivalitas Roger dengan Rocks, Shirohige, hingga Monkey D. Garp bisa berjalan selama puluhan tahun. Mereka disebut legenda karena terus menguasai lautan dari dekade ke dekade.
Generasi berikutnya seperti Shanks, Crocodile, hingga Doflamingo juga sudah menancapkan nama selama 1-2 dekade. Perjuangan mereka masuk ke kelompok elite benar-benar tercermin dari perjalanan panjang yang mereka habiskan.
Di satu sisi, perjalanan singkat Luffy menaklukkan lautan memang menggambarkan kekuatan besar yang ia miliki. Namun di sisi lain, kisah petualangannya ternyata hanyalah seumur jagung.
 perjuangan Kelompok Topi Jerami terasa sudah panjang dan membentuk mereka sebagai pribadi yang lebih dewasa dan matang. (Courtesy of Shueisha) |
Beda cerita bila Oda sebelumnya menggambarkan perjalanan Luffy dan kawan-kawan sejauh ini sudah menghabiskan 10 tahun di alur waktu One Piece. Sehingga perjuangan Kelompok Topi Jerami terasa sudah panjang dan membentuk mereka sebagai pribadi yang lebih dewasa dan matang.
Namun Oda sudah memutuskan dan menggariskan bahwa perjalanan Kelompok Topi Jerami baru berjalan di kisaran satu tahun, dan menjadi tiga tahun karena ditambah dua tahun time skip saat mereka berlatih di tempat terpisah.
Bagi kru Topi Jerami lainnya, akhir One Piece bisa jadi akhir yang membahagiakan untuk mereka.
Nico Robin bisa mengetahui rahasia abad kekosongan yang sebenarnya setelah lebih dari 20 tahun berjuang dan lari dari kejaran.
Nami bisa berbahagia karena bisa menggambar peta dunia.
Usopp bisa jadi pahlawan pemberani di seluruh samudera.
Sanji bisa menemukan All Blue usai mengalami masa kecil yang kelam dan tak menyenangkan selama 15 tahun.
Chopper gembira bisa menemukan formula obat yang menyembuhkan penyakit apapun.
Franky bisa melihat kapal buatannya kuat berlayar hingga ujung samudera setelah ia bergulat dengan rasa bersalah selama belasan tahun.
Brook turut bersuka ria karena akhirnya mampu berjumpa Laboon setelah berpisah 50 tahun lamanya.
Jinbe juga mungkin bisa tersenyum karena ras manusia ikan akhirnya dianggap sejajar dengan manusia dan tidak lagi jadi komoditas perdagangan.
[Gambas:Photo CNN]
Namun bagi Luffy, ditemukannya One Piece dan akhir petualangan, sama saja sambutan selamat datang pada hari-hari yang menjemukan. Di usia muda, di 20 tahun, Luffy nantinya tidak lagi punya mimpi besar yang bisa dikejar.
Tentu asumsi ini belum menjadi asumsi yang pasti. Semua tergantung bagaimana Eiichiro Oda meramu akhir cerita One Piece nanti.
Tetapi bila semua berakhir happy ending seperti gambaran di atas, Luffy pastinya akan bersungut-sungut dalam dunianya karena merasa tidak akan ada lagi hal yang menarik untuk mereka lakukan di saat usianya masih sangat muda.
Di sebelah Luffy yang kecewa, pastinya juga ada Roronoa Zoro yang juga merasa gundah gulana karena sudah mendapat predikat pendekar pedang terhebat di dunia.
Karena, tak ada lagi apa-apa yang tersisa untuk mereka.