Kreator Curhat Awal Mula Muncul Ide Merah Putih: One for All
Merah Putih: One for All tengah disorot menjelang perilisan di bioskop pada 14 Agustus. Film animasi itu memantik perbincangan hangat netizen yang ramai mengomentari kualitas visual hingga rumor-rumor lain di balik produksi.
Sutradara dan produser eksekutif Endiarto lantas buka suara mengungkapkan proses produksi film tersebut. Merah Putih: One for All berangkat dari keinginan Endiarto dan tim produksi membuat karya untuk merayakan HUT ke-80 RI pada 17 Agustus 2025.
"Jadi memang kami awalnya punya satu panggilan, bagaimana kami bisa ambil bagian untuk bangsa ini khususnya di perayaan 80 tahun," ujarnya dalam acara detikpagi, Senin (11/8).
"Apa yang bisa kami berikan? Karena kami pekerja film Indonesia, jadi kami membuat film. Kebetulan di momen 17 agustus itu kita jarang melihat event khusus untuk anak-anak di dunia film," lanjutnya.
Endiarto bersama rekan-rekannya dari Persatuan Film Keliling Indonesia (PERFIKI) kemudian mulai berdiskusi. Para pekerja film yang bernaung di bawah Yayasan Pusat Perfilman Usmar Ismail itu mengumpulkan gagasan sejak tahun lalu.
Berbagai ide itu mengerucut dengan keinginan membuat karya yang khusus dipersembahkan kepada bangsa Indonesia. Ide film Merah Putih: One for All akhirnya tercetus dengan rencana tayang pada 17 Agustus.
Seiring waktu berjalan, mereka mulai menggarap proyek ini dengan mengajak pekerja film yang punya kesamaan visi. Pengembangan proyek itu berjalan selama setahun sebelum akhirnya trailer tayang beberapa pekan sebelum jadwal tayang.
Media sosial kemudian riuh dengan isu film itu hanya diproduksi dalam waktu kurang dari satu bulan. Namun, Endiarto memastikan rumor itu tidak benar.
Tim produksi dalam beberapa pekan terakhir memang masih berkutat dengan pengerjaan Merah Putih: One for All, tetapi sudah memasuki tahap post-produksi.
"Mulai bulan Juni itu post-produksi. Tapi semua ide dan materi sudah dilakukan setahun sebelumnya," ujar Endiarto.
"Ketika akhir Mei, kami mulai putuskan untuk post-produksi. Post-produksi itu kan tinggal finishing, menjahit, color grading, penyelarasan suara. itu post-produksi, bukan produksi," sambungnya.
Perjalanan produksi itu pun tidak berjalan mudah. Endiarto mengaku sempat mencoba menggaet animator profesional dari studio lain, tetapi tak tercapai karena kendala biaya.
Lanjut ke sebelah...