Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah komika, musisi, hingga sutradara ikut geram atas penembakan gas air mata di area kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas). Mereka mengutarakan keresahan itu lewat unggahan di media sosial.
Kunto Aji mengaku heran dengan penembakan itu karena menyasar area kampus. Hal serupa juga diungkapkan Bintang Emon yang menilai aksi sudah digelar secara damai, tetapi tetap saja diserang dengan gas air mata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bener-bener," tulis @KuntoAjiW singkat kala mengutip cuitan tentang bukti penembakan gas air mata di Unisba dan Unpas, Selasa (2/9).
"Ngotot amat pengin jahat, dari kemarin siang ditunjukkan aksi damai, masih aja ada penyerangan," tulis Bintang Emon via Instagram.
Keresahan serupa juga dicurahkan komika Ge Pamungkas. Ia bahkan langsung menuliskan surat terbuka kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi agar mengatasi situasi kedua kampus di Bandung tersebut.
[Gambas:Video CNN]
Ia meminta Dedi Mulyadi mengawal peristiwa tersebut karena memiliki kuasa sebagai kepala daerah. Terlebih, berbagai video menunjukkan petugas medis ikut dipukul dan dituduh makar.
"Kang @dedimulyadi71. Tolong atuh Kang, itu Unisba sama Unas kenapa itu Kang," tulis Ge via akun @ge.pamungkas.
"Kang @dedimulyadi71, itu ada mahasiswa, medis pula, tapi dipukul dituduh makar padahal bukan. Tolongin atuh Kang, mbok ya ada bedanya mencari KEBENARAN sama mencari PEMBENARAN," lanjutnya.
[Gambas:Instagram]
Ungkapan kekesalan lainnya turut disampaikan sutradara Kristo Immanuel hingga komika Oki Rengga. Kristo juga heran atas tindakan aparat yang menembakan gas air mata.
Sementara itu, Oki Rengga mengunggah ulang kabar Unisba dan Unpas diserang dengan menambahkan emoji badut.
"Sedesperate ini kah cara kalian?" tulis Kristo Immanuel.
Situasi di Bandung kembali memanas setelah polisi menembakkan gas air mata di area kampus Unisba dan Unpas hingga terlibat bentrok dengan kelompok mahasiswa pada Selasa (2/9) dini hari.
Kejadian itu terekam hingga ramai tersebar di media sosial. Sejumlah video menampilkan gas air mata ditembakkan hingga masuk ke area kampus.
Polda Jawa Barat menyatakan penembakan gas air mata dipicu oleh kelompok anarko di Jalan Tamansari, kemudian merembet ke kampus Unisba dan Unpas.
Lanjut ke sebelah...
Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Hendra Rochmawan mengatakan peristiwa bermula saat patroli skala besar TNI-Polri menemukan tumpukan batu, kayu serta bekas bakar-bakaran ban di jalan tersebut.
"Dan di saat yang sama ada sekelompok orang memakai baju hitam dan diduga sebagian besar adalah anarko, mereka itulah yang awalnya menutup jalan dan membentuk blokade di Tamansari," kata Hendra kepada wartawan, Selasa (2/9).
Pihak Unisba dan Unpas kemudian mengklaim tidak ada aparat dari unsur TNI maupun Polri yang merangsek masuk kampus saat kericuhan terjadi di Jalan Tamansari, pada Senin (1/9) malam.
Pada kericuhan yang terjadi sekitar pukul 23.30 WIB itu, muncul narasi di media sosial yang menyebutkan tim patroli gabungan TNI Polri masuk ke dua kampus tersebut.
"Sepanjang pantauan saya, baik melalui laporan maupun langsung saya lihat di CCTV di sini, saya lihat pantauan di sini, kami tidak melihat aparat kepolisian walaupun berpakaian preman masuk ke area kampus," kata Rektor Unisba, Harits Nu'man, saat memberikan keterangan pers di Unisba, Selasa (2/9).
"Itu murni semuanya demonstran, ya saya sebutkan, pedemo, yang tadi di sweeping masuk ke area kampus," sambungnya.
[Gambas:Photo CNN]
Gelombang demonstrasi terjadi di berbagai wilayah Indonesia bermula dari protes kebijakan tunjangan bagi anggota DPR, ditambah dengan sikap dan pernyataan anggota dewan yang dianggap tidak peka terhadap situasi rakyat Indonesia yang terhimpit ekonomi.
Tewasnya Affan Kurniawan kemudian membuat berbagai kelompok sipil menuntut reformasi kepolisian, pembentukan tim investigasi kematian Affan, tidak ada kriminalisasi demonstran, transparansi anggaran untuk anggota dewan, pemeriksaan anggota dewan yang bermasalah, pemecatan kepada kader partai yang tidak etis, dialog publik bersama mahasiswa dan masyarakat sipil.
Selain itu, ada juga tuntutan untuk pembebasan demonstran yang ditahan, penghentian tindakan represif oleh kepolisian dan penaatan SOP pengendalian massa, transparansi proses hukum terhadap pelanggaran HAM, hingga menuntut setop campur tangan militer dalam keamanan, dan upah layak untuk butuh serta pencegahan PHK massal.
Namun aksi ini dimanfaatkan sejumlah orang tak dikenal untuk memicu kerusuhan dan perusakan bangunan dan fasilitas publik di berbagai kota.