Review Film: Die My Love

Gisella Keilsa | CNN Indonesia
Jumat, 14 Nov 2025 20:30 WIB
Review film Die My Love: ini bukan untuk semua orang, terutama bagi mereka yang berharap akan cinta dan hidup yang indah setelah berkeluarga.: (Kimberley French via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kalut dan campur aduk antara halusinasi dengan kenyataan yang dialami seorang ibu dengan depresi pascapersalinan alias postpartum depression, jadi gambaran yang ditampilkan secara gamblang oleh Lynne Ramsay dalam Die My Love.

Film yang diangkat dari novel bertajuk sama karya Ariana Harwicz dengan naskah yang ditulis Ramsay bersama Walsh dengan Alice Birch ini intens, gelap, dan penuh dengan rasa tidak nyaman.

Mungkin memang itu yang jadi tujuan Ramsay, yakni membawa penonton ke dalam isi kepala seorang perempuan bernama Grace yang rapuh, tidak stabil, dan penuh ketidaknyamanan, yang dalam hal ini dimainkan dengan baik oleh Jennifer Lawrence.

Lawrence berhasil menyalurkan kebingungan, kemarahan, rasa haus akan kasih sayang, hingga dorongan-dorongan destruktif dengan keberanian akting luar biasa. Rasa bingung, lelah, dan dihantui bias nyata dan imajinasi itu bahkan sukses keluar dari layar dan dirasakan oleh saya.

Usaha Ramsay untuk menggambarkan bagaimana seorang perempuan mengalami depresi postpartum, yang seringkali disalahpahami dalam dunia nyata, memang patut diapresiasi.

Namun sayangnya drama dari latar belakang Grace dan perkembangan karakter-karakter dalam film ini, terutama di sekitar Grace, mencuri fokus dari tujuan awal Ramsay tersebut.

Review Film Die My Love (2025): Film yang diangkat dari novel bertajuk sama karya Ariana Harwicz dengan naskah yang ditulis Ramsay bersama Walsh dengan Alice Birch ini intens, gelap, dan penuh dengan rasa tidak nyaman. (Kimberley French via IMDb)

Dengan problematika hidup yang ternyata sudah dimiliki Grace sebelum menghadapi disfungsi mental pascamelahirkan, seolah menjadi justifikasi problematikanya seorang perempuan.

Film ini banyak menggambarkan adegan gila dari Grace yang berperilaku secara impulsif. Grace dipotret seperti binatang liar yang bebas dalam rumahnya sendiri, merayap, marah, dan kehilangan kendali.

Sementara itu, Robert Pattinson sebagai Jackson hadir sebagai seorang suami yang terlihat tertekan akibat kondisi istrinya. Padahal, Jackson punya andil atas situasi kekacauan yang terjadi pada Grace, bukan hanya sekadar korban keadaan.

Ketimpangan andil ini yang kemudian menggambarkan Die My Love seolah terasa semakin menempatkan posisi Grace, yang mana adalah perempuan, sebagai pihak yang bermasalah dalam kekacauan hubungannya dengan pasangannya.

Selain masalah ketimpangan dan perkembangan cerita yang membuat resah, sejumlah hal dalam cerita ini seolah tak masuk logika saya. Seperti mereka yang hidup seolah di era sebelum listrik ditemukan, padahal mereka juga menggunakan peralatan rumah tangga elektronik.

Detail kecil tersebut cukup mengganggu karena memecah realisme yang dibangun oleh film. Alih-alih menjadi makna atau semacam metafora, hal ini malah terasa sebagai teknis film yang lepas dari kendali.

Review Film Die My Love (2025): Ketimpangan andil ini yang kemudian menggambarkan Die My Love seolah terasa semakin menempatkan posisi Grace, yang mana adalah perempuan, sebagai pihak yang bermasalah dalam kekacauan hubungannya dengan pasangannya.(Kimberley French via IMDb)

Mungkin Lynne Ramsay ingin menggambarkan bagaimana suram dan gelapnya hidup Grace serta hubungannya dengan Jackson. Namun melihat seberapa banyak scene dalam gelap di film ini, rasanya hal itu menjadi sebuah kekonyolan yang membingungkan penonton alih-alih menyampaikan emosi karakter.

Belum lagi alur cerita yang bagi saya melompat-lompat mengikuti pola pikir Grace yang tidak linear. Sejumlah adegan juga tampak bertele-tele seolah dibuat cuma untuk memperpanjang durasi. Bila memang Ramsay ingin membuat penonton ikut lelah dalam menyaksikan film ini, maka itu memang tercapai.

Mungkin memang Die My Love bukan untuk semua orang, terutama bagi mereka yang berharap akan cinta dan harapan hidup yang indah setelah berkeluarga masih hadir di dunia.

Namun bagi mereka yang penasaran dengan sisi gelap sebuah jiwa, bisa jadi film ini akan macam Grace yang merangkak dengan tatapan penuh nafsu di tengah padang rumput kala tengah malam, menjamah adrenalin penggemar psychological thriller.

Terlepas dari segala keabsurdan dan kegelapan yang ada di Die My Love, Jennifer Lawrence tampil bersinar dalam membawakan jiwa seorang ibu yang runtuh perlahan dalam kegelapan malam. Sesuatu yang menggugah siapa pun untuk lebih peduli pada jiwa dari para perempuan yang telah membawa kehidupan baru ke dunia.

(end)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK