Review Film: Zootopia 2

Gisella Keilsa | CNN Indonesia
Jumat, 05 Des 2025 20:10 WIB
Review film: Zootopia 2 menyediakan dua hal, cerita yang sangat bisa dipahami orang dewasa, dan visual yang sangat menggemaskan untuk anak-anak. (Disney)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sembilan tahun semenjak kesuksesan film pertama pada 2016, kisah kota fabel hadir kembali dalam Zootopia 2. Kali ini, kisah polisi kelinci optimis Judy Hopps dan rubah Nick Wilde hadir dalam cerita yang lebih rumit juga dalam.

Jared Bush kali ini duduk sendirian sebagai penulis Zootopia 2, setelah sebelumnya menulis bersama Phil Johnston. Namun kali ini ia juga duduk bersama Bryon Howard di kursi sutradara.

Duduk sendirian menulis cerita kelanjutan Zootopia rupanya membuat Bush banyak merenung akan gejolak sosial yang terjadi di dunia beberapa tahun terakhir, seperti diskriminasi hingga politik perebutan kekuasaan yang kotor.

Hal itu terlihat dari kisah Zootopia yang secara visual masih sangat menggemaskan, terutama di mata anak-anak yang menjadi target utama film-film ini. Namun seperti yang kerap dibilang, film animasi punya dua sisi: visualnya untuk anak-anak, ceritanya untuk orang dewasa.

Bush pun mewujudkan ungkapan tersebut dalam Zootopia 2. Di sini, ia menghadirkan sosok ular bernama Gary De'Snake sebagai pion dalam cerita dan dikejar oleh Judy dan Nick.

Siapa nyana, penyelidikan Judy dan Nick terhadap Gary dan komplotan reptil di kota hewan tersebut akan membongkar banyak rahasia, kebohongan, dan konspirasi besar yang melibatkan penguasa.

" title="Film Zootopia 2 (2025)" />Review Zootopia 2: sembilan tahun berselang, kisah polisi kelinci dan rubah datang dengan kisah yang lebih kompleks dan dalam. (Disney)

Bush jelas mencoba membahas topik yang sebenarnya juga berat bagi penonton dewasa, dan biasanya liar beredar di forum internet atau terus dibahas di podcast-podcast konspirasi dan politik.

Memang ini bukan kali pertama Zootopia membungkus isu berat dalam kemasan visual menggemaskan. Nyaris sedekade lalu, Zootopia membahas soal upaya makar terhadap pemerintahan hanya demi balas dendam. Sekali lagi, "makar terhadap pemerintahan" dan "balas dendam" dalam film anak-anak.

Kali ini, Bush menggores penanya lebih dalam dan kompleks, yakni soal diskriminasi sosial yang terstruktur hingga stigma pada kelompok masyarakat tertentu secara masif akibat rumor dan hoaks. Familiar akan kondisi tersebut?

Bush juga memperluas kisah Zootopia dengan mengupas kembali asal-usul kota ajaib tersebut yang sebelumnya tidak terpikirkan, bahkan bisa dikatakan mengubah pandangan penonton atas kota hewan itu. Yang kemudian ini berkaitan dengan pesan keadilan sosial yang dibawa Bush.

Meskipun mengangkat isu yang cukup berat, film ini tidak menghilangkan esensi hiburan di dalamnya. Bush tetap mempertahankan ciri khas Zootopia berupa humor ringan dan cerdas, yang muncul secara natural dari karakter, bukan dari lelucon yang dipaksakan.

Review film: Jared Bush lewat Zootopia 2 memang dengan jelas berpesan bahwa setiap makhluk layak memiliki rumah terlepas dari bentuk dan rupa dirinya. (Disney)

Ginnifer Goodwin dan Jason Bateman sekali lagi berhasil menghidupkan chemistry hangat dan lucu antara hubungan si rubah dan si kelinci yang kini resmi jadi rekan sesama polisi tersebut.

Hubungan persahabatan Judy dan Nick kali ini juga terasa jauh lebih dalam. Bukan hanya soal petualangan yang ia jalankan bersama, tetapi bagaimana mereka sadar arti penting dari kerja sama meski tidak melulu mulus.

Tak lupa, Jared Bush juga masih mempertahankan sejumlah karakter ikonis dari Zootopia, salah satunya Flash Slothmore si kungkang, selain daripada karakter baru yang memperdalam jangkauan waralaba animasi tersebut.

Soal visual, tak ada yang perlu dibahas. Sudah jadi mainan Walt Disney Animation Studios untuk bisa menghasilkan animasi yang memanjakan mata penonton. Salah satunya adalah saat Zootopia 2 menghadirkan Marsh Market, sebuah kota mamalia semi-akuatik.

[Gambas:Video CNN]

Jared Bush lewat Zootopia 2 memang dengan jelas berpesan bahwa setiap makhluk layak memiliki rumah terlepas dari bentuk dan rupa dirinya, serta berani menjadi diri sendiri tanpa perlu takut untuk dihakimi. Sebuah pesan sederhana yang sepertinya makin sulit diwujudkan di dunia akhir-akhir ini.

Namun biarlah tema bernada hak asasi tersebut menjadi santapan penonton dewasa yang mungkin akan mengalirkan air mata seperti saya saat menyaksikan Zootopia 2. Sementara itu, urusan visual film ini yang menggemaskan, biarkan jadi hiburan utama anak-anak.

Hanya satu keterangan tambahan, Zootopia 2 ramah bagi penonton yang tidak mengikuti sekuel pertamanya. Namun sangat disarankan menonton Zootopia (2016) agar konteks ceritanya terasa lebih utuh.

(end/end)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK