Distributor atau rumah produksi sempat merevisi film itu untuk ditinjau kembali, tapi komite yang berbeda tetap memberikan rating X untuk film yang juga dibintangi FKA Twigs tersebut.
MTRCB menekankan keputusan mereka "tidak membatasi kebebasan artistik," tetap harus memenuhi mandat untuk memastikan materi untuk publik "tidak secara serius melanggar standar moralitas, kesopanan, atau penghormatan terhadap keyakinan agama."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nathan selaku sutradara mengatakan filmnya bukan untuk menyampaikan sesuatu secara tersembunyi.
Hal itu disampaikan karena film tersebut tidak pernah secara gamblang menyebut tiga pemeran utamanya sebagai, Yusuf, Maria, dan Yesus. Mereka disebut sebagai anak, ibu, dan tukang kayu.
"Bukan bermaksud untuk menutupunya atau apa pun," kata Nathan seperti diberitakan TIME pada 17 November.
"Saya rasa cukup jelas siapa orang-orang dalam film ini. Masuk akal bagi saya untuk mencoba menceritakan kisah asal-usul yang agak samar ini dalam lingkup yang lebih sempit dengan sedikit anonimitas, padahal Yesus mungkin hanya anak seorang tukang kayu."
Meskipun mendapat kecaman, Nathan tidak menyesal membuat The Carpenter's Son.
"Ada banyak pendekatan yang sangat steril dan konvensional terhadap Kekristenan dan film-film religius. Saya mencoba melakukan sesuatu yang sedikit berbeda, dan bagi saya itu menarik dan berharga," kata Nathan.
Terlepas dari semuanya, Nathan percaya bahwa orang-orang yang benar-benar menonton film tersebut mungkin akan melihat hal-hal dengan sangat berbeda.
"Pada dasarnya, ada sekte-sekte Kekristenan yang tidak setuju dengan gagasan bahwa Yesus bisa saja manusia seperti yang digambarkan dalam film," katanya.
"Tetapi itu (The Carpenter's Son) tidak sejahat yang diasumsikan orang. Itu tidak sampai ke Infancy Gospel."
(chri)