Aku, Guru, dan Renungan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 26 Nov 2015 09:36 WIB
Buatku menjadi seorang guru bukan saja hanya pekerjaan. Aku ini tidak bekerja tapi aku menjadi seorang guru adalah bentuk pengabdian.
Guru (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini banyak perayaan dimulai dari acara pertama dan terpenting, yaitu saat aku untuk kali kedua dalam hidup ikut upacara dengan status sebagai Guru. Status yang keren dan mengenakan seragam Korpri (black and white) yang membanggakan itu. fotonya nanti menyusul yah.

Tahun ini adalah tahun ketiga (kalau enggak salah hitung) aku menjalani hari-hari di sekolah. Yang mau aku angkat di sini ialah bukan kehidupan ku di sekolah, mungkin sudah pernah aku bahas di judul sebelumnya. Aku mencoba mengangkat satu tema:

"Mengapa mau jadi Guru?" Seberapa keraskah panggilan ini bergema dalam hatiku untuk menyakinkan? Yes i will!

Saat aku ikut upacara kali kedua, kami datang mewakili sekolah untuk mengikuti prosesi dari awal. Namun sayang saat kami tiba, bendera sudah berkibar di tiang bendera dan sisa waktu kami hanya menunggu amanah dari Ibu Wakil Bupati yang masih belum datang. Dalam hatiku berbicara, kondisi guru di setiap daerah mungkin berbeda-beda ataukah esensi dari HUT Guru Nasional hanya bisa dinikmati oleh guru-guru yang berbaris paling depan. Kenapa? Banyak pertanyaan.

Kenapa tukang dagang berbagai macam bisa menjajakan barang dagangan sehingga itu menarik perhatian ibu-ibu guru untuk mengeluarkan nafsu belanjanya dan lupa untuk mengikuti prosesi upacara? Lebih dari itu, di lapangan terbuka disediakan berbagai macam makanan dari bubur cirebon, nasi campur, mie ayam dan baksonya, ketoprak dan sebagainya, yang membikin kantong kita 'dobool'. Bagaimana tidak kita lebih asyik dengan urusan perut masing-masing daripada sekadar untuk mendengar amanah yang bulak-balik disinggung?

"Guru itu harus berprestasi dengan demikian akan mencetak anak-anak bangsa yang hebat." Setujukah?

Well, ini adalah pandanganku dari sisi guru amatiran. Karena buatku menjadi seorang guru bukan saja hanya pekerjaan. Dari awal aku memilih untuk memenuhi panggilanku ini dengan alasan yang klise. Aku ini tidak bekerja tapi aku menjadi seorang guru adalah bentuk pengabdianku dan tanggung jawabku ialah untuk mendidik anak-anak. Karena itu aku ambil dunia pendidikan anak. Aku dibayar dengan gaji kecil tapi aku masih bisa bertahan. Tentu berat buatku yang notabene suka nonton bioskop film teranyar.

Tentu saja banyak orang yang menentangku menjadi guru. "Enggak punya harapan," kata mereka. Who knows? But i don't care. Aku mungkin terlalu naif. Tentu.

Pernah suatu kali di kelas ada satu anak perempuan yang mendekatiku dan mencium aroma seragamku seraya berkata "Miss kok bajunya wangi?" Dan ada lagi anak perempuan pernah bertanya, "Miss kok rambutnya wangi pakai shampo apa?" Me? Speechless (cengar-cengir) parfumku berhasil. Hihihihi.

Aku di dalam kelemahanku akan terus berkarya dalam dunia pendidikan. Meski kemarin nilai UKG (Ujian Kompetensi Guru) enggak lulus. Aku kudu harus belajar kemampuan profesional dan kemampuan pedagogiku supaya aku bisa menjadi guru yang berkompeten dan anak-anak didikku bisa berhasil dan tentu saja berkarakter. Bukankah banyak sekarang anak-anak tidak lagi memiliki karakter yang berbudi pekerti, tidak lagi santun, acuh dan enggak punya empati?

Sebelum aku mengajar kepada orang lain, aku mengajar ke diri sendiri. Contoh aku mengajarkan anak-anak untuk berbuat kasih tapi aku enggak pernah mengaplikasikan di dalam diri sebelumnya. Bagaimana bisa berhasil? Di mana letak integritas seorang guru? Contoh lagi bagaimana mungkin seorang guru mengajarkan kepada anak-anak untuk sikap hormat dan tertib saat upacara berlangsung, jika gurunya sendiri saat upacara #HARIGURUNASIONAL hari ini tidak berlaku hal yang serupa? Malahan asyik makan bakso dan merokok. Sekali lagi dengan keras, "Di mana letak integritas seorang guru?" Yang seyogyanya seorang guru itu harus digugu, ditiru dan dimuliakan.

Ehm entahlah.

Aku dengan hormat mengucapkan Selamat hari Guru untuk semua para guru yang sudah berdedikasi di mana pun mereka berada dan sekalipun jasa mereka tidak diingat. Terimakasih guruku. Karenamu aku bisa seperti sekarang. Karenamu aku bisa mengenyam dunia pendidikan meski belum lulus. Skripsinya susah nih. Karena jasa merekalah aku bisa baca dan tulis, apalagi sekarang dengan kemampuan teknologi yang canggih, aku bisa menulis di layar komputer berbasis Windows 8. Hahaha. Di mana pun engkau mengajar dilihat atau tidak dilihat orang lain. Jasamu akan tetap terkenang di dalam sanubariku.

Aku akan selalu terharu saat mendengar atau menyanyikan pujian ini: (Hymne Guru)

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Ciptaan: Sartono

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

Aku mengatupkan jemariku dan kupanjatkan doa kepada semesta.

Ada banyak harapan dan doaku bagi para guru-guru khususnya untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia karena di daerah terpencil dan jauh dari jangkauan teknologi masih banyak anak bangsa yang rindu untuk belajar namun tak ada pengajar. Mungkin jika semesta berkehendak dan tak ada yang tak mungkin aku bisa ke sana untuk membantu sekadar mengajarkan baca tulis dan kasih kepada mereka yang buta akan kasih. Kepada mereka yang tuli akan cinta. Dan kepada mereka yang tidak berpengharapan akan masa depannya. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER