Terima Kasih Mamak

CNN Indonesia
Senin, 21 Des 2015 10:44 WIB
Berkat perjuangan dan kasih sayangmu pada kami, kini kami telah menjadi orang yang berguna dan akan selalu berada di samping Mamak.
Ilustrasi (marcisim/Pixabay)
Banda Aceh, CNN Indonesia -- Tahun ajaran 2015/2016 adalah tahun terakhir bagiku menjalani masa wajib belajar 12 tahun. Banyak rintangan yang menghadang selama periode tersebut, tapi semua rintangan itu dapat kulewati. Semua itu tak lepas dari polesan tangan dingin seorang perempuan yang menjadi pahlawanku, yaitu Ibu (Mamak).

Aku yang merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara dilahirkan di Banda Aceh pada Jumat, 26 Desember 1997. Sebenarnya aku bisa saja lahir pada 25 Desember (Hari Raya Natal), tetapi karena Mamakku selalu berdoa agar bisa melahirkanku pada tanggal berikutnya, maka aku lahir pada tanggal itu.

Masa kecilku sangat beragam, tak jarang kalau aku berbuat salah Mamak selalu memukul aku. Tapi aku tahu, ia berbuat demikian karena sayang kepadaku dan ingin membuatku menjadi anak yang baik untuk masa depan. Jujur saja, aku bersekolah di Taman Kanak-Kanak hanya 1 semester saja, karena aku menganggap TK hanyalah "tempat untuk bernyanyi saja".

Hari demi hari kami lewati bersama hingga pada hari Minggu, 26 Desember 2004 (hari di mana aku tepat berusia tujuh tahun), bencana maha dahsyat meluluhlantakkan daratan Aceh dan beberapa wilayah yang berada di kawasan Samudera Hindia. Seluruh harta benda kami musnah seketika. Kami pun hidup dalam kegelapan dan kesusahan yang luar biasa.

Tahun demi tahun aku menjalani hidup yang perlahan mulai bangkit setelah musibah itu. Banyak hal yang telah berubah. Boleh dikatakan aku merupakan anak yang paling dekat dengan ibuku. Waktu terus berjalan sampai aku mengalami kejadian yang tak akan pernah aku lupakan.

Hari Selasa, 7 Mei 2013, aku pamit bersama kakak laki-laki yang nomor 3 pada orang tuaku untuk berangkat ke Batam, Kepulauan Riau mengunjungi kakak laki-laki yang nomor 2 yang juga kebetulan kerja di sana sekaligus mengisi liburan setelah Ujian Nasional tingkat SMP. Namun, pada Rabu dinihari, 8 Mei 2013 aku mendapat kabar bahwa ayah telah meninggal dunia.

Bak seperti sinetron, begitu mendengar kabar tersebut, aku seperti "kesambar petir di siang bolong". Pikiran aku soal jalan-jalan hilang seketika karena hal itu. Pagi harinya, kakakku dan temannya langsung pergi ke pusat kota untuk membeli tiket pesawat buat kami bertiga agar kami bisa pulang ke Banda Aceh hari itu juga.

Aku mencoba sabar dan ikhlas menerima semua ini (meski dalam hati aku menyesal atas apa yang aku buat hingga ayahku merasa kecewa). Air mata kesedihanku baru bisa aku keluarkan tepat saat tahlilan yang digelar 100 hari setelah pemakaman ayah.

Dua tahun sudah ayah kami pergi untuk selamanya. Tetapi, kami masih ada seorang ibu yang tulus dan ikhlas menjaga dan mendidik kami. Empat kata untuk Mamak:

MAMAK ADALAH PAHLAWAN KAMI!

Terima Kasih, Mamak. Berkat perjuangan dan kasih sayangmu pada kami, kini kami telah menjadi orang yang berguna dan akan selalu berada di samping Mamak.

We Love You, Mom...
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER