Jakarta, CNN Indonesia -- Josua Matulessy, penyanyi rap yang telah melanglangbuana di Eropa ini, sangat mengagumi konsep toleransi yang ada di Indonesia. Ketika ditemui di acara Launching SabangMerauke di Kemendikbud, Sabtu (23/1), Jflow —sapaan akrabnya—menggunakan topi khas dengan kode negara Indonesia, yaitu +62.
“Indonesia itu Lab toleransi, jadi kalau kalian mau belajar toleransi ya di Indonesia, Tapi kalau kalian gak bisa toleransi, itu tandanya kalian enggak pantes tinggal di Indonesia,” ujarnya.
Tinggal di dalam satu negara dengan jumlah keberagaman yang luar biasa dari segi bahasa, suku, budaya, agama, membuat Indonesia menjadi negara heterogen yang menjadi panutan negara lain dalam bertoleransi.
JFlow sendiri mengungkapkan, dalam kesehariannya ia selalu berhadapan dan berkerja sama tim dengan orang–orang yang berbeda etnis. “Tim saya mayoritas etnis Tionghoa, tapi itu mengasyikkan, kan belum pernah ada etnis Melayu-Ambon seperti saya punya bawahan dari etnis Tionghoa, kan biasanya yang ambon jadi bawahannya Tionghoa,” katanya, tertawa.
“Tips sederhana gue untuk praktikkan toleransi itu gampang, cukup hargai orang lain dengan cara tidak menghalangi atau mengganggu orang lain untuk melakukan aktivitasnya,” katanya menambahkan.
JFlow mengatakan, kita ini terlahir sebagai pribadi yang unik dan tidak bisa diubah begitu saja. “Saya Ambon, saya Jawa, saya muslim, saya Kristen atau apapun itu semua tidak bisa diubah, tapi di sanalah keunikannya, ketika ada toleransi ketika itu pula muncul keterbukaan dan dari keterbukaan tersebut kita belajar banyak, dan sangat banyak tentang orang lain,” kata dia.
(ded/ded)