Jakarta, CNN Indonesia -- Masa kanak-kanak adalah masa eksplorasi dan belajar yang membuat anak sering banyak bertanya. Berbagai fenomena yang terjadi tidak semua bisa dpahami anak, sehingga mengundang rasa ingin tahunya.
Mencuatnya polemik LGBT di Indonesia, membuat anak-anak tidak asing mendengar istilah LGBT. Hal tersebut mengundang penasaran anak, dan mereka bisa dapat informasi yang salah. Seorang psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi.M.Si mengatakan bahwa ketika anak bertanya justru kita memiliki kesempatan untuk memberi pemahaman nilai atau menetralkan kondisi tersebut agar bisa diterima oleh anak. Lebih lanjut lagi, anak yang berusia di bawah 10 tahun cenderung belum memahami LGBT, karena belum memiliki orientasi seksual sejauh itu.
Ketika anak bertanya mengapa ada laki-laki berpakaian seperti wanita? Orang tua dapat menanamkan ajarannya dengan menjelaskan hal itu dinamai transgender. Sewajarnya laki-laki harus berpenampilan laki-laki dan perempuan harus seperti perempuan, lihatlah ayah dan ibu yang berpenampilan sesuai gendernya.
Ketika anak memasuki usia remaja, orang tua sangat berperan dalam pendampingan perkembangannya, karena pada masa itu anak akan mulai merasa galau. Orang tua tidak perlu menunjukan sikap berlebihan terhadap pertanyaan anak, karena akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru dalam benak anak yang tidak terselesaikan. Diskusikan dengan anak, tentang apa yang ditanyakan. Gunakan bahasa yang dapat dipahami dan selalu memberikan perbandingan agar anak dapat mengerti adal hal yang harus dijauhi ada yang tidak.
Orang tua dapat memainkan perannya dengan memberikan waktu dan mendengarkan apa saja yang dipahami anak. Biarkan anak tumbuh dengan identitas dirinya dengan cara tidak mendikte anak dan memberikan keleluasaan untuk mengeksplor diri. Berikan anak dukungan emosional dankebebasan dalam menjelajah lingkungannya agar anak memiliki pemahaman yang sehat tentang identitas dirinya.
(nun/nun)