Benzonia, CNN Indonesia -- Aku adalah siswa Rotary Youth Exchange Program dari Surabaya yang tinggal di Benzonia, Michigan selama 1 tahun. Rotary terbagi menjadi beberapa distrik dan aku di-
host oleh District 6290. Karena distrikku meliputi beberapa daerah di Michigan dan Kanada, maka pada tanggal 18-21 Februari 2016 di tengah musim dingin, distrikku mengadakan perjalanan ke Kanada.
Kami berangkat ke Kanada menggunakan bis. Bis berangkat dari kota Holland di Michigan, bukan Holland di Belanda lho ya. Kemudian bis lanjut melaju ke arah utara dan aku pun dijemput di daerah bernama Cadillac. Setelah bis berhenti di beberapa kota untuk menjemput
inbound (siswa dari negara lain) dan
outbond (calon
exchange student), kami makan siang di Petoskey.
Michigan terdiri dari 2
peninsula. Yang menghubungkan
lower península dan
upper península adalah Mackinac Bridge. Sebelum menyeberangi jembatan, kami berfoto bersama dengan latar belakang jembatan tersebut.
Dari jembatan tersebut dibutuhkan kira-kira 1,5 jam untuk sampai ke Kanada. Sault St Marie, Michigan adalah kota yang berbatasan langsung dengan Kanada.
Berbeda kontras dengan banyak perbatasan di Indonesia, kota ini sangat besar dan modern. Tidak sebesar dan semodern Surabaya memang, tetapi populasinya mencapai 13.000. Lebih banyak daripada Benzonia yang populasinya hanya 500.
Perbatasan USA-Kanada terlihat sangat modern. Di Kanada kami tinggal di kota Sault St Marie. Jadi ada nama kota Sault St Marie di Kanada juga di Michigan. Kami disambut dengan pemandangan kampus dan sekolah yang modern. Sungguh, jauh dari ekspektasiku ketika mendengar daerah perbatasan.
Selama 3 hari berada di Kanada, kami diberikan banyak aktivitas. Saat kami sampai, kami disambut dengan RPCM (Royal Police Canada Mounty). Setelah Rotarian memberi informasi kepada
outbond tentang negara tujuan mereka, wakil dari parlemen memberi piagam untuk
outbond dan
inbond. Senangnya ada satu teman dekatku akan datang ke Indonesia tahun ini.
Selama di Kanada, kami tinggal bersama
host family. Sebelum acara selesai kami diberitahukan dengan siapa kami akan tinggal. Ternyata aku tinggal bersama Don dan Lisa.
Uniknya adalah
host dad-ku di Benzonia bernama Don juga. Aku tinggal bersama temanku dari Indonesia (Vanessa) dan temanku yang akan ke Indonesia (Jonas).
Di hari ke-2, kami bertemu di Superior Height Collegiate. Meskipun lokasinya di perbatasan, tapi bangunannya keren banget.
Aku dan temanku dari Indonesia sempat berucap, "Kapan bangunan sekolah di Indonesia bisa seperti itu". Kemudian bagi para
inbound kami diberi kesempatan untuk memberikan presentasi tentang negara asal kita di beberapa SD.
Aku melakukan presentasi tentang Indonesia di Greenwood Elementary School bersama Breno dari Brasil dan Nuti dari Finland. Kami melakukan presentasi di 3 kelas. Selama presentasi kami ditemani oleh kepala sekolah.
Saat aku melakukan presentasi, aku juga mengajarkan bagaimana cara mengenalkan nama kita dalam Bahasa Indonesia. Ternyata animo anak-anak SD sangat besar. Aku pun memberikan suvenir berupa pin kepada mereka.
Di hari ke 2 dan 3, kami juga mengikuti
workshop mengenai bagaimana menjadi Rotary Youth Exchange Student yang baik. Kami mendapat informasi tentang relasi juga perbedaan sistem pemerintahan di USA dan Kanada. Kami juga dibekali ilmu
public speaking karena menjadi siswa pertukaran pelajar juga merupakan duta bangsa. Oleh karena itu penting untuk merepresentasikan diri dengan baik karena menyangkut nama bangsa.
Selain itu kami mendapat banyak pengalaman baru. Salah satunya mencoba olahraga
curling. Olahraganya seperti
bowling tetapi dilakukan di atas
ice rink. Jatuh di es memang tidak enak, tapi kalau berani mencoba ya harus berani jatuh juga. Menu makan siang kami adalah menu tradisional Kanada berupa
pie daging dan
beans. Yang memasak makan siang kami saat itu adalah Rotarian Sault St Marie.
Terdapat 2 museum besar yaitu Bush Airplane Museum dan Stone House. Di Bush Airplane Museum terdapat banyak pesawat dan kami bisa masuk ke dalam pesawat tersebut. Di sana kami juga mendapat edukasi tentang kebakaran hutan dan penanganannya.
Di malam sebelum kami pulang, tiba-tiba kami bertemu dengan 2 orang yang pernah tinggal di Indonesia. Kita bertemu satu mahasiswa dari Malang dan satu
rebound (siswa yang kembali dari masa
exchange) yang tinggal setahun di Malang. Di malam itu kami puas-puaskan berbicara Bahasa Indonesia. Kapan lagi bisa bertemu orang Indonesia.
Senang rasanya bisa berakhir pekan di kota Sault St. Marie di Kanada bersama teman-teman dari berbagai belahan dunia. Memang lokasinya di perbatasan, tetapi tidak berarti perbatasan berarti hidup serba terbatas. Saya yakin bahwa daerah perbatasan bukan berarti jauh dari perhatian. Tetapi merupakan daerah yang membanggakan, tempat yang menyenangkan untuk ditinggali.
(ded/ded)