Jakarta, CNN Indonesia -- Demam Korea kini telah mewabah di kalangan remaja. Rania Manayra Arjanti, siswi kelas akselerasi di SMP Labschool Kebayoran, menilai demam itu aman saja sepanjang tak jadi fanatik berlebihan.
Rania mencoba melakukan penelitian mengenai demam K-Pop untuk makalah problem based learning di kelasnya.
Mulai dari musik, fashion, kultur, dan kuliner menjadi perhatian bagi remaja usia 12-17 tahun. Menurutnya Korea memiliki kultur yang unik dan berdaya pikat tersendiri.
Semakin meningkatnya antusisme remaja terhadap budaya Korea juga berpengaruh terhadap kehidupan remaja. Pengaruh tersebut akan menjadi ulasan bagi Rania terhadap perilaku remaja di Indonesia.
Dampak yang paling terlihat dengan adanya demam K-Pop adalah maraknya bermunculan fanbase dan fansclub fanatik yang rajin mengikuti dan mengkoleksi segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea.
Responden mayoritas menjawab setiap lagu K-Pop mencerminkan perasaan remaja terhadap suatu masalah, sehingga ada kedekatan perasaan terhadap lagu-lagu Korea. Ketertarikan terhadap lagu menjadi alasan mereka menggemari Kpop karena 73 persen memberi alasan tersebut.
Uniknya sebanyak 72 persen K-Popers merasakan dampak positif dari adanya demam K-Pop karena mereka dapat bertemu dengan beragam orang dari berbagai kalangan yang sama sama menggilai K-Pop.
Rania sendiri juga mengakui bahwa dirinya sulit melepaskan perhatian terhadap K-Pop. Namun dalam makalahnya ia menganjurkan bahwa terlalu fanatik juga tidak terlalu baik bagi remaja yang masih membutuhkan waktu belajar ekstra.
Dia bilang, walau bagaimanapun budaya negeri sendiri harus tetap menjadi prioritas yang harus lebih dicintai.
(ded/ded)