Jakarta, CNN Indonesia -- Hari itu matahari sangat cerah menyinari Bandung, seolah-olah ikut mendukung perjalanan keduaku ke Gua Pawon dan Stone Garden di Bandung Barat. Jadwal kuliah yang kosong membuatku dan teman-teman pergi untuk menjelajahi tempat baru. Itu memang kesukaan kami.
Menuju ke sana, kami menyiapkan kamera, tripod dan baterai. Dibutuhkan waktu 2 jam untuk mencapai tujuan karena letaknya cukup jauh di kabupaten Bandung Barat, yaitu Padalarang.
Perjalanan ke Stone Garden dapat ditempuh menggunakan bus dan angkot. Tapi kami memutuskan memacu sepeda motor agar lebih menikmati suasana perjalanan. Jalan yang berbatu menjadi tantangan tersendiri, ditambah kurangnya penunjuk jalan.
Tetapi, semua kesulitan yang kami alami hilang setelah sampai di pintu masuk Gua Pawon.
Untuk masuk Gua Pawon, cukup membayar seharga Rp5.000 per orang dan memulai perjalanan kami dengan menaiki beberapa anak tangga ke mulut gua yang pertama.
Gua Pawon merupakan gua bersejarah karena tempat ditemukannya kerangka manusia dari leluhur budaya Sunda. Pemandangan dari pintu sangat mengagumkan karena dapat melihat semua mulut Gua Pawon yang bervariasi dan bentuk-bentuk unik dari batuan yang kuno.
Batuan-batuan tampak kuno namun kokoh dan membuat suasana di dalam gua itu semakin misterius. Kami harus melewati beberapa mulut gua lainnya sebelum mencapai
the heart of the cave, yaitu area gua yang paling dalam dan ramai.
Di sana, ada beberapa mahasiswa yang mempelajari suara dan tindakan dari ratusan kelelawar yang menggantung di atap gua. Kami merasakan cahaya matahari dari luar saat menaiki tangga untuk menjelajahi area lain.
Area yang lebih besar ini mengejutkan kami karena masih dikelilingi oleh formasi batuan kuno gua. Kami tidak lagi menginjak lantai berbatu seperti area sebelumnya, tapi menginjak tanah dan terekspos oleh sinar matahari dan pepohonan.
Kesan indah sangat terasa saat masuk ke area ini. Kami berada di ketinggian yang lebih dari semua bagian gua yang lain. Seakan menjadi bingkai pemandangan yang terlihat di situ. Hamparan hijaunya sawah dan kegiatan masyarakat setempat mencuri perhatian kami.
Setelah mengambil beberapa foto di daerah itu, kami memutuskan kembali ke pintu masuk pertama karena akan melanjutkan perjalanan ke Stone Garden.
Ada dua pilihan untuk sampai di sana. Pertama, mendaki sekitar 35 menit dari gua. Ke dua, pergi ke pintu masuk alternatif lain yang bisa dicapai baik dengan sepeda motor atau mobil.
Pada perjalanan pertama ke Stone Garden, kami memilih untuk mendaki. Kepuasan sangat terasa saat sampai, karena kita mencapai puncak dengan usaha yang lebih.
Tetapi mendaki seperti itu membutuhkan banyak waktu, walaupun terbayar dengan pemandangan selama mendaki yang sangat indah. Akhirnya kami memilih perjalanan kedua dengan alternatif kendaraan.
Jalan masuk alternatif tersebut terletak sebelum pintu masuk. Jalan itu hanya memiliki tanda kecil dari karton dengan kata "Stone Garden" tertulis di atasnya.
Kami menelusuri penunjuk jalan dengan kondisi yang penuh batu dan debu sehingga sulit untuk dilalui. Setelah perjalanan singkat selama sekitar 3-5 menit, kami sampai di tempat parkir Stone Garden.
Sesampainya di sana, kami masih harus mendaki sedikit dan melalui toko oleh-oleh kecil dan warung-warung makanan dan kemudian kami mencapai sebuah pondok kecil yang tampaknya menjadi bilik tiket untuk masuk ke Stone Garden.
Pengunjung dikenakan biaya masuk Rp6.000 per orang. Setelah itu kami menaiki beberapa anak tangga lagi sebelum disambut oleh pemandangan yang luar biasa dari pegunungan sekitar.
Formasi batu-batu alami mengelilingi taman tersebut dan membuatnya jauh lebih indah. Matahari sore menambahkan membuatnya terlihat semakin indah dan membuat kami tidak berdiri di tempat dan tidak bisa berkata-kata.
Saat kami berjalan sepanjang Stone Garden tersebut, kita menanya warga setempat cerita di balik pembentukan batu-batu tersebut dan mereka bercerita bahwa zaman dulu, tempat ini adalah danau purba.
Itu sebabnya lingkungan di sekitar Stone Garden adalah gunung-gunung dan bukit, karena dulu tempat ini adalah dataran rendah penuh dengan air dan membentuk sebuah danau purba.
Batuan yang terbentuk di taman ini dipercaya adalah karang-karang yang terdapat di dasar danau tersebut. Cerita ini membuat kita tidak hanya melihat Stone Garden sebagai wisata, namun juga sebuah sejarah yang penting untuk Padalarang dan Bandung.
Meskipun foto tidak bisa menangkap keindahan Stone Garden yang sebenarnya, hasil foto-foto ini sudah cukup untuk membuat orang-orang penasaran untuk datang ke Stone Garden.
Bahkan setelah perjalanan melelahkan dan terkena panas matahari selama berjam-jam, pemandangan dan suasana Stone Garden dan Gua Pawon tetap sangat berharga. 1-2 perjalanan di sini tidak akan pernah cukup. Kamu tidak akan pernah bosan melihat semua keindahan dan sejarah yang anda akan alami di sini.
(rkh/rkh)