Jakarta, CNN Indonesia -- Remaja, terkadang terlihat dramatis. Tidak rasional, mudah berteriak dan cemas tanpa alasan jelas. Seringkali mengungkapkan kebebasan namun juga menginginkan kasih sayang.
Terkadang ayah bunda berpikir apa yang membedakan remaja dan balita? Apa yang ada dalam pikiran anak remaja?
Meski telah bertumbuh besar, anak remaja tetaplah anak bagi ayah bunda. Mereka mengalami percepatan pertumbuhan terutama pada otaknya.
Mengapa remaja seringkali sulit dijangkau oleh ayah bunda? Mari kita bahas apa yang ada dalam otak seorang remaja, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Clea McNeely dan Jayne Blanchard dari Johns Hopkins University.
Berikut adalah tiga hal yang telah mereka pelajari tentang otak remaja:
Keterampilan berpikir yang baru.Memasuki usia pra-dewasa, remaja baru menguasai keterampilan berpikir. Ketika diberi kesempatan untuk mengambil keputusan, mereka masih terlalu banyak dipengaruhi oleh emosi. Hal tersebut terjadi karena otak mereka masih mengandalkan sistem limbik (sistem emosional) daripada korteks prefrontal (bagian otak rasional). Ketidakseimbangan ini yang seringkali membingungkan ayah bunda. Remaja terkadang terlihat memukul dinding jika kesal, atau ugal-ugalan di jalan. Ketika ditanya, mengapa melakukan itu? Mereka mengerti bahwa itu tidak baik.
Pubertas adalah perubahan besar dalam sistem limbik anak.Sistem limbik tidak hanya membantu mengatur detak jantung dan kadar gula darah, tetapi juga penting membentuk kenangan dan emosi. Bagian dari sistem limbik, amigdala diduga menghubungkan informasi sensorik untuk respons emosional. Respons ini berubah sesuai keadaan hormonal seperti, marah, takut, sedih, gembira dan juga daya tarik seksual.
Lingkungan berpengaruh membentuk pemikiran remaja.Menurut penelitian di Annals of the New York Academy of Sciences. Penalaran abstrak remaja seringkali menangkap penilaian lingkungannya sebagai acuan. Takut dicap tidak keren, atau dicap sebagai seseorang yang keren merupakan persetujuan yang bermanfaat bagi remaja. Alasan tersebut yang membuat remaja ingin berpenampilan kekinian mungkin.
Masa remaja adalah masa pertama kalinya mereka melihat diri dan dunia. Mereka mulai mengerti otonomi mereka sendiri. Mereka mulai berpikir: Menjadi seperti apa yang saya inginkan. Otak mereka berkembang untuk melewati masa transisi tersebut. Akan ada banyak muncul pertanyaan dan jawaban sepihak dalam pikiran anak.
Peneliti menyarankan, pekerjaan orang tua adalah untuk membantu mereka mengeksplorasi pertanyaan. Bukan memberi mereka jawaban dan mendikte masa remajanya.
(ded/ded)